Friday, March 27, 2009

Serba-serbi Pemilu III

PKS itu.... Partai Kita Semua...
























































Serba-serbi Pemilu II

PKS itu.... Partai Keren Sob....

Masi ragu...? Ni buktinya...




















Serba-serbi Pemilu

PKS itu... Partai Kreatif Sekaleeee

Mo bukti...? Ni buktinya...









































































Thursday, March 26, 2009

Tentang Pemilu 2009

Saatnya Menjadi Pemilih yang Cerdas…!

Pada tanggal 8 Juli 2008 Komisi Pemilihan Umum telah meresmikan dimulainya kampanye yang menandai rangkaian pesta demokrasi rakyat indonesia yang bertajuk ”Pemilu 2009”. Mungkin inilah kampanye politik terpanjang di dunia, sembilan bulan- mulai 8 Juli 2008 hingga 9 April 2009- rentang waktu pelaksanaannya. Rekor ini ditambah pula dengan banyaknya kontestan partai politik peserta pemilu yang ada. Tercatat 38 partai tingkat nasional dan 5 partai lokal akan ikut dalam perhelatan akbar ini.

Spanduk-spanduk berisi senyum dan janji manis para caleg mulai memenuhi lingkungan sekitar kita. Para pengusaha percetakan banjir orderan dan meraup banyak rezeki pada masa ini. Namun selain fenomena multi effect terhadap perekonomian masyarakat, banyak hal yang membuat kita miris, sedih bahkan sampai pada level muak ketika kita menelusuri perilaku para elite partai dalam mengejar kursi legislatif. Hal ini dapat kita baca dalam media-media massa yang mulai marak memberitakan kasus-kasus seperti kisruh perebutan nomor jadi, ijazah palsu caleg, masalah caleg ganda, ketidakmampuan parpol dalam memenuhi kuota perempuan, hingga masalah Nepotisme dalam penentuan caleg oleh tokoh-tokoh partai.

Masalah-masalah yang terjadi ini setidaknya memberikan gambaran sejauh mana kualitas sebuah partai dalam pengelolaan kaderisasi dan manajemen administrasi mereka. Dalam menyikapi permasalahan-permasalahan ini, kita sebagai calon pemilih hendaknya berfikir secara cerdas dan rasional. Ungkapan ”Mengurus internal partai saja tidak becus apatah lagi mengurus negara” menjadi pilihan berpikir yang rasional. Partai-partai yang mengalami masalah-masalah ini dapat disimpulkan tidaklah layak untuk dipilih pada pemilu nanti. Menjadi pertimbangan tidak memilih partai-partai bermasalah tersebut adalah bukti bahwa kita adalah pemilih yang cerdas.

Pertimbangan lain yang harus dilakukan oleh calon pemilih adalah sejauh mana kinerja partai-partai yang telah ada di parlemen sekarang. Terlibatnya anggota dewan dalam kasus-kasus korupsi, kasus asusila, dan lain sebagainya menjadi entry point dalam menimbang dan memilih pada pemilu 2009 mendatang. Sebagai gambaran, hampir semua partai tersangkut masalah-masalah ini. Partai Golkar dengan anggota dewannya seperti Hamka Yamdhu yang terlibat kasus korupsi dan Yahya Zaini yang terlibat kasus video mesum menambah hitam track record partai ini.

PDIP pun setali tiga uang dengan Golkar. Pengakuan Agus Condro Prayitno, anggota DPR dari Fraksi PDIP, bahwa dia dan teman-temannya sefraksi di Komisi IX menerima angpau Rp 500 juta--berupa 10 lembar cek pelawat masing-masing Rp 50 juta--dari Miranda Goeltom dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI pada 2004, menguak kebobrokan PDIP di Senayan. Pengakuan Agus itu ternyata direspons PDIP dengan sangat aneh. Agus dipecat karena dituduh mencemarkan nama baik partai. Belum lagi kita berbicara Max Moein dengan kasus pelecehan seksual terhadap sekretarisnya. Partai Demokrat dengan Sarjan Taher-nya, PPP dengan Al Amin-nya, PBR dengan Bulyan Royan-nya, kemudian Yusuf Emir Faisal dengan PKB-nya yang terlibat korupsi menjadikan alasan yang rasional untuk tidak memilih partai-partai ini dalam pemilu nanti. Ingat...! jangan pilih partai koruptor dan asusila, yakni Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PBR....

Pemilih yang rasional dan cerdas tentunya akan memilih partai yang bersih. Partai yang memiliki kaderisasi yang baik dan terorganisir. Partai yang tidak membodohi masyarakat dengan caleg artisnya. Dan partai yang selalu konsisten bergerak, tidak hanya pada saat kampanye pemilu. Akhir kata, Jadilah pemilih yang kritis dan rasional bukan pemilih yang bodoh... Yang memilih karena bukti dan program kerja partai bukan karena alasan uang, keluarga ataupun primordialisme sempit. Walllahu ’alam

Tentang Pemilu 2009

Kotak-katik Koalisi PKS

Ada hal istimewa yang terjadi pada Selasa malam, 24 Maret 2009. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, melakukan pertemuan khsusus dengan Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hilmi Aminuddin. Mereka bertemu di rumah pribadi Yudhoyono, Puri Cikeas, Cibubur, Jawa Barat. Diindikasikan pertemuan ini mengarah pada koalisi dua partai menuju Pilpres 2009. Wacana duet SBY-HNW pun mengemuka setelah adanya pertemuan ini. Sebelumnya memang PKS dan Partai Demokrat adalah mitra koalisi dalam pemerintahan SBY-JK. PKS merupakan salah satu partai yang "berkeringat" mengusung SBY-JK memenangi Pilpres 2009.

Sebelumnya, jajaran DPP PKS sudah melakukan penjajakan dan pertemuan dengan pimpinan teras PDIP, Golkar dan PPP. Namun, seperti yang dikatakan oleh Sekjen PKS, Ust. Anis Matta bahwa kader PKS enggan untuk berkoalisi dengan Golkar dan PDIP. Hal ini bisa dimaklumi, dikarenakan Track Record yang kelam dari kedua partai ini. Dimana ketika berkuasa begitu banyak KKN yang terjadi dan dipelopori oleh kebijakan kedua partai besar ini.

Balik ke masalah koalisi dengan Partai Demokrat, jika memang koalisi PKS-PD terjadi, yang harus diperhatikan oleh jajaran petinggi PKS adalah ketegasan dari awal dengan SBY dan Partai Demokrat terkait dengan pola koalisi yang dibuat. Harus ada ketegasan terkait dengan mitra koalisi yang dibentuk. Jangan sampai pengalaman 2004 terulang kembali, dimana partai yang tidak "berkeringat" bisa dengan leluasa ikut dalam pemerintahan dan mendapat porsi yang besar dalam kabinet. Contoh saja, PPP dan Golkar yang pada pilpres putaran II pada tahun 2009 mendukung Megawati Soekarnoputri, namun dengan leluasa mendapat porsi dalam kabinet. Setali tiga uang juga dengan PAN dan PKB. Ketika merumuskan koalisi, SBY haruslah menyingkirkan partai-partai yang berwatak oportunis dan pragmatis. Jika ingin pemerintahannya berjalan dengan baik dan kuat...

Sunday, October 12, 2008

PK Sejahtera adalah satu-satunya partai modern di Indonesia. Mengapa? Karena hanya PKSlah partai yang sangat memperhatikan aspek pengkaderan. Artikel seorang pengamat politik yang di muat di Koran Sindo ini sedikit banyak akan menjelaskan hal tersebut...

Primus Inter Minus Malum
Hajriyanto Y Thohari

Suka atau tidak suka, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah menjadi sebuah fenomena. Pada saat popularitas semua partai politik merosot dan mesin politiknya macet, PKS menanjak secara fenomenal.

Setelah mampu mengimbangi koalisi (baca: keroyokan) semua partai politik yang mendukung Fauzi Bowo dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta dan kemudian tampil mengesankan dalam serangkaian pilkada di beberapa daerah lain, PKS kini membuktikan diri sebagai parpol yang solid, hidup, dan kuat. PKS tampaknya bukanlah parpol biasa yang konvensional. PKS adalah parpol dengan genre baru yang unik yang telah menjadi semacam komunitas.

Apa yang disebut dengan "komunitas PKS" itu ada dan nyata. Salah satu karakteristik dari partai dengan genre ini adalah apa kata partai, itulah kata anggotanya! Sementara dalam parpol lain, apa kata partai tidak selalu paralel dengan apa kata anggota. Padahal paralelisme seperti itu sangatlah sentral dan signifikan dalam sebuah partai politik.

Paralelisme ini bukan hanya menunjukkan soliditas dan solidaritas internal partai, tetapi juga merefleksikan adanya saling kepercayaan (mutual trust) antara anggota dan pimpinan yang juga menunjukkan berjalannya mesin politik sebuah partai. Manakala mesin politik tidak berjalan, sejatinya partai politik tersebut telah kehilangan raison d'etre-nya.

Tan Malaka dalam bukunya Aksi Maksa(1926) menegaskan bahwa "keputusan yang setengah betul tetapi dengan gembira dikerjakan oleh seluruh barisan anggota lebih baik daripada keputusan yang bagus sekali tetapi dikhianati oleh setengah anggota".

Frase dengan gembira dikerjakan oleh seluruh barisan anggota ini penting karena perasaan gembira inilah yang menjadi roh partai. Seluruh barisan anggota bersedia bekerja menjalankan keputusan partai dengan gembira-meski keputusannya hanya setengah betul-,ini menunjukkan mesin politik dalam partai tersebut berjalan.Inilah yang disebut dengan partai politik yang sebenarnya alias partai politik par excellence!

Sangat sedikit

Di Indonesia sangatlah sedikit parpol yang organisasinya hidup, solid, dan kuat seperti itu. Di antara yang sedikit itu,demikian menurut banyak studi, adalah-jangan terkejut-Partai Komunis Indonesia (PKI). Antonie CA Dake dalam In The Spirit of The Red Banteng: Indonesian Communists Between Moscow and Peking (2002) menggambarkan betapa hidup dan dinamisnya PKI di bawah kepemimpinan Aidit.

Di samping berhasil menghela partai keluar dari isolasi politik,Aidit menerapkan disiplin partai serta membuka diri dengan menggandeng aliansi dengan kalangan borjuis nasional. Begitu pula, "The party was to increase its membership in six months from around 7,000 to 100,000. At the same time, a multitude of
mass organizations were to be created or revamped, encompassing not only workers and peasents but also youth, women, poor people,ex-servicemen, and others.

Sementara Tempo (7 Oktober 2007) melukiskan dengan sangat baik sebagai berikut." Kantor PKI. adalah markas yang hidup dan bergerak. Organisasi tak hanya mengurus program partai tapi juga tetek bengek lainnya seperti anggota yang meninggal dan melahirkan.

PKI tak hanya menjadi organisasi politik tapi juga menjadi komunitas. Ketika kantor pusat PKI dibangun di Jalan Kramat Raya, Jakarta, sebagian besar dananya diperoleh dari sumbangan anggota yang pengelolaannya dilaporkan secara transparan. Koran Harian Rakjatdigenjot oplahnya hingga mencapai 60 ribu eksemplar--jumlah yang fantastis untuk zaman itu!"

Kini PKS

Tetapi benarkah hanya PKI yang berhasil membangun partai politik yang solid,hidup,dan dinamis seperti itu? Dake dan Tempo harus melakukan koreksi atas teorinya itu atau setidaknya menoleh ke PKS.

Pasalnya, kini telah muncul partai seperti itu, yaitu PKS! Meski secara ideologi dan cita-cita berbeda secara diametral, PKS seperti halnya PKI memiliki mesin organisasi yang hidup, kuat, dan dinamis. Rapat-rapat massa dan rally PKS yang selalu rapi dan disiplin menambah bukti hidupnya partai ini. PKS mengurus anggotanya dan karena itu anggotanya juga menjalankan keputusan partainya, termasuk membayar iuran karena merasakan manfaat dari kehadiran partainya.

Partai bukan hanya menguntungkan dan menjadi alat bagi elitenya, melainkan juga bagi anggotanya dan cita-citanya. Di PKS, presiden partai harus berkonsentrasi penuh untuk mengurus partai dengan segala tetek bengeknya. Ada konvensi yang unik dan menarik di sana: jika presiden partai terpilih menduduki jabatan publik, dia harus melepaskan jabatannya di partai.

Walhasil,dengan tradisi ini,orang yang bersangkutan bukan hanya tidak dihadapkan pada situasi dilematis karena konflik kepentingan akibat perangkapan jabatan, melainkan juga waktu, energi, dan pikirannya tercurah untuk partai atau jabatan politik yang dipegangnya. Sementara partai-partai politik lain justru punya kelaziman yang sebaliknya: memilih orang yang sedang menduduki jabatan publik (berkuasa) untuk menjadi ketua.

Di sisi lain, untuk mengamankan jabatan publik yang sudah diraihnya (menteri, gubernur, bupati, dan lain-lain), orang tersebut justru semakin memperkuat cengkeramannya dalam partainya.Rupanya ada psikologi ketakutan dalam diri orang-orang ini bahwa jika posisinya di partai lepas akan membahayakan jabatan politiknya itu.

Walhasil, alih-alih membangun partai menjadi kuat, mereka justru memperalat partai! Dalam suasana kepartaian yang seperti itulah PKS dengan spirit yang merona menyeruak ke depan dalam pentas politik nasional.

Primus inter minus malum! (*)

Hajriyanto Y Thohari
Pengamat Kenegaraan dan Keagamaan
Sumber: Koran Sindo

Seri Pilkada

Melawan Incumbent

By: Reza Pahlevi, SKM


Pilkada Kota Palembang berakhir dengan kekalahan calon usungan dari PKS (SIR) dan kemenangan calon usungan dari PDIP (HERO). Banyak hal yang harus dianalisa dari proses yang terjadi di lapangan. Kekalahan ini setidaknya kembali mengulangi kisah kegagalan calon-calon usungan PKS dalam mengalahkan calon incumbent pada sebuah pilkada. Sebut saja Pilkada DKI, Pilkada Banten, Pilkada Bandung, dll.

Sulit memang mengalahkan calon incumbent. Ada banyak modus kecurangan yang sering dilakukan para Incumbet ketika mereka maju kembali dalam sebuah pemilihan kepala daerah. Harapan kecurangan-kecurangan ini dapat diminimalisasi (bahkan dihilangkan) membuncah, ketika DPR menges
ahkan UU Pemilu yang mewajibkan calon Incumbent untuk mundur dari jabatannya ketika ingin mencalonkan kembali pada sebuah pemilihan kepala daerah.

Bila kita membedah ke
curangan-kecurangan calon incumbent yang terjadi dilapangan, niscaya kita pasti akan “geleng-geleng kepala”. Karena terlihat sekali demokrasi di negeri ini masih bersifat procedural dan belum menyentuh sisi substantive, artinya ketika calon seorang incumbent maju melakukan pencalonan ia sudah “wajib menang” dan siap dengan berbagai macam perangkat-perangkat kecurangannya.

Adapun modus-modus kecurangan yang sering dilakukan adalah; Mengendalikan aparat birok
rasi. Menyalahgunakan aturan-aturan pemerintahan untuk menjegal lawan politik, menggunakan fasilitas-fasilitas kedinasan untuk kepentingan pencalonan (Uang, Proyek pemerintahan, dll), melakukan permainan pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) melalui aparat-aparatnya ada di lapangan (Catatan Sipil, Camat, Lurah, RT), mengangkat aparat birokrasi yang bisa “disetir” menjadi petugas-petugas penyelenggara pilkada (KPPS, PPS, PPK).

Pertama, Mengendalikan aparat birokrasi. PNS mendadak sibuk menjadi tim sukses calon kepala daerah adalah pemandangan yang lumrah ditemui pada masa pilkada. Aktivitas memasang atribut, mengadakan pertemuan untuk menggalang dukungan merupakan hal yang sering ditemui terjadi pada masa itu. Ironis memang, ketika kita mengetahui harusnya PNS berlaku netral dan non partisan dalam sebuah pemilihan (baik itu pilkada ataupun pemilu). Keterlibatan PNS dalam tim sukses calon ini setidaknya menunjukkan karakter masyarakat kita kebanyakan yang opurtunis dan pragmatis dalam berfikir. Mereka berfikir dengan menjadi tim sukses calon incumbent akan mengamankan posisi jabatan mereka (bahkan mendapatkan promosi kenaikan jabatan), ketika calon yang mereka perjuangkan ini menang. Ancaman oleh atasan kadang juga menjadi salah satu faktor yang mendorong PNS berlaku tidak netral dalam kasus ini.

Kedua, Menyalahgunakan aturan-aturan pemerintahan untuk menjegal lawan politik. Hal ini bisa dilakukan lewat pemberlakuan perda atau SK Kepala Daerah yang tentunya merugikan lawan politik para Incumbent. Menghalang-halangi kegiatan sosial yang dilakukan calon lain ataupun melucuti spanduk, baliho, banner ataupun alat-alat sosialsasi lain lewat SK Walikota terkait dengan keindahan kota atau daerah bisa menjadi pilihan cara untuk menjegal lawan politik Incumbet. Pelaksanaan kebijakan di lapangan tentunya dilakukan melalaui aparat-aparat pemerintahan terkait, seperti Pol PP, Camat maupun Lurah.

Ketiga, Menggunakan fasilitas-fasilitas kedinasan untuk kepentingan pencalonan (Uang, Proyek pemerintahan, dll). Peresmian proyek (Contohnya proyek P2KP, perbaikan jalan, dll) ataupun pemberian bantuan pemerintah kerapkali di salah gunakan menjadi arena kampanye calon incumbent. Padahal uang yang diberikan ataupun proyek yang diresmikan dananya sudah pasti bersumber dari APBD yang memang sudah lama dialokasikan. Pelaksanaan program pemerintah yang populis di mata rakyat pada akhir-akhir masa jabatan tentu saja mudah ditebak sebagai manuver calon incumbent dalam memanfaatkan fasilitas kedinasan untuk kampanye pribadinya. Contohnya saja selama kurun waktu kurang lebih 4 tahun pemerintahan tidak ada program berobat gratis di pelayanan-pelayanan kesehatan, tapi beberapa bulan sebelum mencalonkan diberlakukanlah program berobat gratis yang populis di mata rakyat tersebut. Tentu saja mudah mencium bau tidak sedap dari kebijakan-kebijakan yang serba populis ini.

Keempat, Melakukan permainan pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) melalui aparat-aparatnya ada di lapangan (Catatan Sipil, Camat, Lurah, RT). Kecurangan ini biasanya dilakukan oleh calon incumbent ketika usaha-usahanya untuk menjegal lawan politiknya dirasa masih kurang optimal. Permainan pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) ini biasanya ditujukan untuk memperbanyak jumlah golongan putih (Golput) pada kantung-kantung suara yang mendukung lawan politiknya. Sejatinya, cara ini sebenarnya merupakan upaya sistematis “pendzholiman” dan perampasan hak-hak demokrasi warga negara oleh tangan-tangan aparat birokrasi pemerintahan.

Kelima, Mengangkat aparat birokrasi yang bisa “disetir” menjadi petugas-petugas penyelenggara pilkada (KPPS, PPS, PPK). Langkah terakhir yang bisa calon incumbent lakukan adalah mengangkat orang yang patuh dan bisa diajak kompromi dalam memanipulasi hasil pencoblosan. Hal ini mengingatkan kita pada pemilu era rezim orde baru yang sarat manipulasi dan kecurangan, baik dalam proses pencoblosan ataupun pada proses penghitungan suara.

Semua hal di atas sesungguhnya merupakan hal yang seringkali berulang. Maka seharusnya, hal-hal ini dapat diantisipasi oleh para perumus kebijakan pemenangan dakwah dalam pemilukada. Kita tidak ingin setiap pilkada yang dilaksanakan akhirnya hanya menghasilkan pemimpin-pemimpin culas yang tidak bermoral dan beretika. Hingga akhirnya kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan yang selama ini diimpikan oleh masyarakat menjadi utopia belaka, wallahu ’alam

Friday, March 7, 2008

Mengokohkan Jati Diri dan Citra PKS
(Menyambut Mukernas Partai Keadilan Sejahtera di Bali)

Mohamad Sohibul Iman
Ketua DPP PKS


Slogan 'Bersih dan Peduli' yang dicanangkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjelang Pemilu 2004 mengantarkan partai ini pada perolehan suara spektakuler. Dari semula hanya 1,5 persen pada Pemilu 1999 melonjak lima kali lipat menjadi 7,5 persen sehingga menjadikannya sebagai partai Islam paling fenomenal.

Ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa 'Bersih dan Peduli' bukan semata slogan, tapi kristalisasi bukti-bukti di lapangan sejak partai ini berdiri tahun 1998 (sebelumnya Partai Keadilan). 'Bersih dan Peduli' dengan mudah diatribusikan kepada PKS karena memang nilai-nilai itu dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat.

Sampai kadar tertentu 'Bersih dan Peduli' telah menjadi brand image sekaligus specific knowledge PKS. Brand image terkait dengan pencitraan diri, sementara specific knowledge terkait dengan penciptaan nilai (value creation) dan penyebaran manfaat (benefit delivery).

Penciptaan nilai dan penyebaran manfaat merupakan orisinalitas (jati diri), sementara citra merupakan buah atau cermin dari orisinalitas. Citra tidak dapat diciptakan dengan kemasan dan pemasaran semata, secanggih apa pun.

Kemasan dan pemasaran tanpa orisinalitas melahirkan citra semu. Citra sejati dibangun oleh orisinalitas ditambah kemasan dan pemasaran yang baik.

PKS akan menggelar mukernas pada 1-3 Februari 2008 di Bali. Salah satu agenda pentingnya revitalisasi dan pengokohan citra 'Bersih dan Peduli'. Dalam dokumen falsafah perjuangan dan platform pembangunan PKS yang diterbitkan Desember 2007, citra itu tetap menjadi positioning partai.

Bersih cermin kesalehan moral, sementara peduli cermin kesalehan sosial. Dalam kedua dokumen ini ditegaskan bahwa untuk dapat memimpin bangsa dibutuhkan juga kesalehan profesional. Maka, slogan PKS menjelang Pemilu 2009 adalah 'Bersih, Peduli, dan Profesional'. Pemaknaan profesional adalah dimilikinya kompetensi inti, kecakapan manajerial, kemampuan berpikir strategis, dan sikap terbuka (open minded).

Introspeksi
Sejak PKS menjadi bagian dari koalisi SBY-JK tahun 2004, citra 'Bersih dan Peduli' kurang kuat menggema. Kisah-kisah heroik sebelum 2004 yang merupakan pembuktian 'Bersih dan Peduli' di ruang publik seakan tenggelam oleh langkah-langkah politik yang mencerminkan kegamangan antara sebagai partai oposisi atau bagian dari pemerintahan.

Tentu ini dapat dimaknai positif sebagai proses pembelajaran dan pencarian bentuk ideal partai dakwah. Dalam kacamata dakwah, di antara prinsipnya adalah amar ma'ruf nahiy munkar, fastabiqul khoirot, dan maslahat umat, partai oposisi dan partai pemerintah tidak dilihat dalam oposisi biner. Selalu ada ruang dan posisi yang bisa diisi untuk menjembatani keduanya.

Di sisi lain, ini juga dapat dilihat secara negatif sebagai trial and error yang dapat menggerus citra itu. Trial and error memang bagian dari proses pembelajaran. Namun, pembelajaran yang baik tentu ada evaluasi dan kerangka waktu yang jelas. Keduanya dibutuhkan agar proses pembelajaran selalu on the right track dan dapat mengukur dengan jelas kemajuan pembelajaran itu sendiri. Dengan itu pembelajaran menjadi efektif dan modal dasar 'Bersih dan Peduli' dapat dipertahankan dan dikokohkan serta disinergikan dengan citra profesional.

Jelas bahwa lonjakan lima kali lipat perolehan suara PKS telah mengantarkan makin banyaknya kader-kader PKS yang menduduki jabatan-jabatan publik, baik legislatif maupun eksekutif, di pusat maupun daerah. Ini membawa konsekuensi PKS berhadapan dengan tantangan-tantangan dan peluang-peluang kekuasaan politik dan ekonomi yang makin besar.

Tarik menarik antara tantangan dan peluang ini tentu saja harus disikapi dengan arif dan hati-hati agar tidak terjebak dalam pragmatisme dan perilaku politik primitif. Pada titik ini penerjemahan dan elaborasi makna 'Bersih dan Peduli' perlu semakin diperjelas.

Disadari bahwa dalam perjalanan 3,5 tahun sejak 2004 penerjemahan ini belum membuahkan satu kejelasan dan standardisasi makna 'Bersih dan Peduli' versi PKS. Yang terlihat adalah ijtihad-ijtihad pribadi para kader dalam menerjemahkan 'Bersih dan Peduli' ketika berhadapan dengan tantangan dan peluang.

Karenanya, pemaknaan 'Bersih dan Peduli' PKS menjadi terasa beragam. Tentu ini tidak menguntungkan bagi penciptaan brand image) PKS, bahkan dapat mengaburkan orisinalitasnya. Untuk itu dalam mukernas di Bali, PKS akan dengan serius mengevaluasi masalah ini dan berupaya menerjemahkan makna 'Bersih, Peduli, dan Profesional' dalam konteks ruang publik yang lebih luas sehingga ada standar pemahaman tentang ketiganya. Diharapkan ini dapat memperjelas orisinalitas dan mengokohkan citra PKS.

Nasionalis substantif Dalam mukernas di Bali juga akan digelar dialog kebudayaan dan kebangsaan dengan menampilkan tokoh-tokoh nasional maupun pengamat asing. Ini untuk membincangkan pemaknaan dan pencarian format keterbukaan dan nasionalisme baru yang sesuai dengan semangat zaman (kekinian) dan kondisi riil Indonesia yang majemuk (kedisinian).

Bagi PKS substansi keterbukaan dan nasionalisme sudah selesai. Yang diperlukan adalah pemaknaan dan reformatisasi dalam konteks tantangan zaman baru yang terus berubah, baik di tingkat global, kawasan, maupun dalam negeri.

Kesadaran ideologis universal, tuntutan yuridis formal, dan kenyataan empiris masyarakat yang majemuk menjadikan masalah keterbukaan dan nasionalisme sudah selesai di tingkat institusional semua parpol (juga ormas) yang telah disahkan pemerintah. Yang sulit di tingkat pergaulan dan perilaku politik sehari-hari.

Di kalangan kader dan simpatisan parpol (juga ormas) masih banyak yang belum memiliki kemampuan bergaul secara spontan (spontaneous sociability) dengan seluruh elemen bangsa dikarenakan sekat-sekat partai (juga ormas) masing-masing. Di kalangan elite juga masih banyak yang berpolitik dengan mengeksploitasi sentimen-sentimen primordial untuk meraih simpati konstituen.

Jadi, persoalan keterbukaan dan nasionalisme bukan terletak pada klaim-klaim verbal dan seberapa majemuk kepengurusan suatu partai (juga ormas) tapi lebih pada bukti-bukti substantif-faktual. Ini terkait dengan mind set dan kejujuran pelaku partai (juga ormas) terhadap logika sehat, nurani bersih, dan nilai luhur.

Dalam dialog kebudayaan dan kebangsaan PKS juga akan membincangkan masalah itu agar seluruh kader dan elite partai mendapat wawasan lebih luas dan memiliki kemampuan bergaul secara spontan dengan seluruh elemen bangsa. PKS meyakini reformasi dan transformasi bangsa ini hanya dapat dilakukan oleh suatu critical mass (di dalam maupun di luar PKS) yang memiliki kesalehan moral, kesalehan sosial, dan kesalehan profesional, serta memiliki daya rekat bangsa. Mereka ini akan tampil menjadi sosok nasionalis substantif, bukan nasionalis pragmatis.


Korupsi, Investor Jepang, dan PKS

Purwadi Raharjo
Ketua Komisi Dagang dan Investasi Pusat Informasi dan Pelayanan PKS di Jepang



Entah kebetulan atau tidak, tapi yang jelas di Bali dalam beberapa pekan lalu secara berurutan berlangsung dua pertemuan besar yang sebenarnya sangat berkaitan erat. Pertama ialah Konferensi II Negara-Negara Pihak Konvensi PBB Menentang Korupsi (The Second Conference of State Parties to the United Nations Convention Against Coruption/CSP-2 UNCAC) yang berlangsung pada tanggal 28 Januari sampai 1 Februari 2008.

Peristiwa kedua adalah Musyawarah Kerja Nasional Partai Keadilan Sejahtera (Mukernas PKS) yang digelar mulai tanggal 1 hingga 3 Februari 2008. Yang menghubungkan antara keduanya ialah masalah korupsi.

Konferensi PBB itu membicarakan masalah pengembalian aset korupsi internasional, sedangkan mukernas diadakan oleh PKS, sebuah partai yang selama ini dikenal sebagai partai antikorupsi dengan jargonnya terkenal 'Bersih, Peduli dan Terbuka'.

Korupsi memang telah lama menjadi musuh besar yang seharusnya diperangi oleh setiap anak bangsa ini. Tidak saja oleh PKS, tetapi semestinya juga oleh semua partai, organisasi, birokrasi, LSM, bahkan setiap individu yang mau menciptakan kemajuan bagi Indonesia. Telah malu muka ini karena sudah sering dicap sebagai negara paling korup di dunia. Sebagai salah satu dampak dari pencitraan yang buruk ini, investor asing terpaksa berpikir beribu kali ketika hendak membuka perusahaannya di Indonesia.

Korupsi dan investasi Jepang
Perusahaan-perusahaan Jepang adalah yang termasuk yang kurang nyaman dengan bisnis yang mengandung praktek korupsi ini. Mengapa? Karena faktor X ini akan membuat pusing perusahaan dalam perencanaan anggaran dan pertanggungjawaban pengeluaran.

Apalagi kalau pengeluaran speed money (facilitation payment) ini memakan porsi cukup besar dalam total pengeluaran perusahaan. Lonceng kematian perusahaan sewaktu-waktu bisa datang akibat kerugian selama berinvestasi.

Lebih-lebih untuk mengharapkan investasi Jepang, borok korupsi ini bertambah sulit ditutupi karena telanjur muncul berbagai masukan miring yang disampaikan oleh orang-orang yang pernah melakukan investasi di Indonesia. Sampai-sampai telah beredar buku di Jepang mengenai borok bisnis di Indonesia yang berjudul Korupsi dan Toleransi dalam Bisnis Indonesia (Fuhai to Kanyo Indonesia Bisunesu).

Buku ini menggambarkan sifat orang Indonesia yang ramah dan tinggi sifat tolerannya. Sayangnya, dikotori oleh korupsi yang telah merajalela.

Buku yang ditulis oleh orang Jepang yang pernah tinggal lama di Indonesia ini mengungkapkan bahwa sikap toleransi orang Indonesia terlalu berlebihan sehingga malah memperkuat terjadinya korupsi dan mengganggu kelancaran bisnis profesional. Memang dalam pergaulan sesama manusia, sifat toleransi ini adalah sifat yang bagus, tapi hal ini tidak berlaku kalau muncul di dalam dunia bisnis.

'Budaya' jam karet adalah salah satu contoh sifat toleransi yang tidak bisa diterapkan pada masalah bisnis. Sebab mengapa hukuman terhadap orang yang melakukan korupsi masih saja ragu-ragu untuk diberikan, mungkin karena sifat orang kita yang terlalu baik hati dan bertoleransi.

Sebenarnya ada cara sangat mudah untuk menarik investor dari Jepang, jelas penulis buku ini, yaitu cukup dengan memberikan perasaan puas dan nyaman pada investor yang sekarang sedang membuka perusahaan di Indonesia. Jika mereka puas, maka mereka nantinya secara otomatis akan mengundang perusahaan-perusahaan penyokong lain yang terkait dengan produksi mereka ke Indonesia.

Namun, masalahnya perasaan nyaman dan keuntungan perusahaan tidak pernah didapat karena faktor korupsi/suap. Bayangkan, bagaimana bisa mendapat keuntungan kalau anggaran yang harus dikeluarkan untuk membayar suap ini bisa sampai melebihi 10 persen pengeluaran.

Ambil contoh pada i tahun 2000 karena upah buruh lebih rendah dibandingkan Malaysia, maka harga produksi Indonesia bisa lebih murah sebesar 30 persen. Tapi, kemudian dipotong biaya pengiriman, maka sebenarnya keuntungan melakukan produksi di Indonesia hanya sebesar 10 persen. Jadi, jika dipotong lagi untuk membayar uang siluman suap yang 10 persen tadi, maka habislah keuntungan berinvestasi di Indonesia (Nakahara, 2005).

Harapan pada PKS
Sejak dideklarasikan Partai Keadilan Sejahtera yang terkenal dengan slogan Bersih dan Peduli ini, sebenarnya banyak orang telah memberi harapan pada partai ini. Tidak ketinggalan juga harapan datang dari para investor Jepang. Miichi Ken dalam bukunya berjudul Indonesia isuramu shugi no yukue (Miichi, 2004), yang merupakan disertasi doktornya di Kobe University, menantang PKS dengan visi 'bersihnya' agar mampu merumuskan program-program nyata dalam pemberantasan korupsi ini, bukan semata slogan dalam pepesan kosong.

Bagaimana program PKS untuk membasmi praktek korupsi yang sudah menggurita ini? Dalam mukernas yang lalu disosialisasikan platform PKS yang kiranya bisa menjawab tantangan-tantangan di atas.

Dalam salah satu platform PKS bidang politik, dirumuskan tiga agenda strategis untuk mewujudkan komitmen pemberantasan korupsi ini. Pertama, menuntaskan reformasi birokrasi.

PK Sejahtera akan menempuh berbagai langkah untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintah, yaitu dengan perbaikan sistem rekruitmen dan promosi berdasarkan merit-based system, menurunkan jumlah pegawai negeri melalui kebijakan zero-growth dan pemfokusan pada fungsi pelayanan publik, seperti tenaga pendidik dan medis, meningkatkan koordinasi dan sinergi antarinstitusi, seperti Menpan, BKN, Depkeu, dan Depdagri untuk reformasi birokrasi yang efektif.

Kalau ini bisa dilakukan, secara otomatis jumlah pegawai negeri tidak terlalu gemuk. Dengan demikian, gaji PNS bisa dinaikkan yang dampaknya diharapkan korupsi/suap akan berkurang.

Kedua, menghilangkan inefisiensi sektor publik. Inefisiensi sektor publik yang biasanya menjadi sumber pemborosan dana dan korupsi ini akan dicoba dihilangkan dengan kebijakan yang komprihensif, yakni tidak hanya berkait pada masalah manajemen personal dan anggaran, tetapi juga meliputi aspek moral dan spiritual.

Perubahan paradigma aparatur negara melalui pembinaan mental dan spiritual yang terus-menerus dan sistematis, pengenalan budaya organisasi modern, penegakkan peraturan dan sanksi yang tegas atas setiap penyalahgunaan jabatan publik, akan menjadi bagian pembinaan ini. Melalui reformasi moral ini, kekhawatiran investor Jepang tentang budaya Indonesia yang menghambat bisnis profesional, seperti jam karet, disiplin kerja yang kurang, budaya toleransi yang berlebihan pada aparat negara diharapkan akan hilang.

Ketiga, menegakkan supremasi hukum yang meliputi kepemimpinan yang kuat dan tegas untuk penegakan hukum nasional, baik di tingkat pemerintahan maupun lembaga peradilan, menghapus korupsi dan penyalahgunaan jabatan di institusi peradilan, meningkatkan kompetensi aparat penegak hukum.

Harapan kembali ditujukan pada PKS. Platform yang terkait dengan pemberantasan korupsi ini hanyalah salah satu hal yang mencerminkan keseriusan PKS dalam pembangunan bangsa.

Mukernas PKS pun sudah berakhir. Berbagai rumusan platform partai yang selaras dengan slogannya siap dilaksanakan. Kita percaya PKS dengan jiwa mudanya dan intelektual yang tinggi bisa mengimplementasikan seluruh platform dengan sungguh-sungguh. Mudah-mudahan pelaksanaan seluruh platform tersebut membangkitkan kembali harga diri bangsa Indonesia yang selama ini terpuruk. Bangkitlah negeriku, harapan itu masih ada.

Ikhtisar:
- Korupsi sudah lama menjadi musuh besar.
- Masih banyak budaya buruk orang Indonesia yang mengganggu praktik bisnis.
- Supremasi hukum juga masih belum berjalan sesuai harapan.

Friday, November 16, 2007

Boikot Produk Israel.......!

Ketika Mas Gagah Pergi

Oleh : Helvi Tyana Rosa

Mas gagah berubah! Ya, beberapa bulan belakangan ini masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah!
Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Tehnik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja…ganteng !Mas Gagah juga sudah mampu membiayai sekolahnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.
Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku ke mana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak bagiku.
Saat memasuki usia dewasa, kami jadi semakin dekat. Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda dengan teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelocon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan-makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan Ancol.
Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya.
"Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih?"
"Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang rumahku suka membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho! Gila, berabe kan?!"
"Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku?"
Dan banyak lagi lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku Cuma mesem-mesem bangga.
Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum juga punya pacar. Apa jawabnya?
"Mas belum minat tuh! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran…, banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati! He..he..he…"Kata Mas Gagah pura-pura serius.
Mas Gagah dalam pandanganku adalah cowok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tetapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tetapi tidak pernah meninggalkan shalat!
Itulah Mas Gagah!
Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah! Drastis! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana…
"Mas Gagah! Mas! Mas Gagaaaaaahhh!" teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras. Tak ada jawaban. Padahal kata Mama, Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa Arab gundul. Tak bisa kubaca. Tetapi aku bisa membaca artinya: Jangan masuk sebelum memberi salam!
"Assalaamu’alaikum!"seruku.Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.
"Wa alaikummussalaam warohmatullahi wabarokatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?" tanyanya.
"Matiin kasetnya!"kataku sewot.
"Lho memangnya kenapa?"
"Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah! Memangnya kita orang Arab…, masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!" aku cemberut.
"Ini Nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita!"
"Bodo!"
"Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri," kata Mas Gagah sabar. "Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek.., Mama bingung. Jadinya ya dipasang di kamar."
"Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru…,eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!"
"Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan…"
"Pokoknya kedengaran!"
"Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus lho!"
"Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!" Aku ngeloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.
Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Ke mana kaset-kaset Scorpion, Wham, Elton John, Queen, Eric Claptonnya?"
"Wah, ini nggak seperti itu Gita! Dengerin Scorpion atau Eric Clapton belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lainlah ya dengan nasyid senandung islami. Gita mau denger? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok!" begitu kata Mas Gagah.
Oala.Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak Cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma adik kecilnya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.
Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Shalat tepat waktu berjamaah di Mesjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip dari lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau membaca buku Islam. Dan kalau aku mampir ke kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya "Ayo dong Gita, lebih feminim. Kalau kamu mau pakai rok, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba adik manis, ngapain sih rambut ditrondolin begitu!"
Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga tidak pernah keberatan kalau aku meminjam baju kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu selalu memanggilku Gito, bukan Gita! Eh sekarang pakai panggil adik manis segala!
Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga Mama menegurnya.
"Penampilanmu kok sekarang lain Gah?"
"Lain gimana Ma?"
"Ya nggak semodis dulu. Nggak dendy lagi. Biasanya kamu kan paling sibuk sama penampilan kamu yang kayak cover boy itu…"
Mas Gagah cuma senyum. "Suka begini Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun."
Ya, dalam pandanganku Mas Gagah kelihatan menjadi lebih kuno, dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. "Jadi mirip Pak Gino." Komentarku menyamakannya dengan supir kami. "Untung aja masih lebih ganteng."
Mas Gagah cuma tertawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu. Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama dan bercanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah kebingungan.
Dan..yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?"
"Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau jabatan tangan sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di sanggar Gita tahu?" tegurku suatu hari. "Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang!"
"Justru karena Mas menghargai dia, makanya Mas begitu," dalihnya, lagi-lagi dengan nada yang amat sabar. "Gita lihat kan gaya orang Sunda salaman? Santun tetapi nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!"
Huh, nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu…, sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?"
Mas Gagah membuka sebuah buku dan menyorongkannya kepadaku."Baca!"
Kubaca keras-keras. "Dari Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah, Rasulullah Saw tidak pernah berjabatan tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhori Muslim."
Mas Gagah tersenyum.
"Tapi Kyai Anwar mau salaman sama Mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali…," kataku.
"Bukankah Rasulullah qudwatun hasanah? Teladan terbaik?" Kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. "Coba untuk mengerti ya dik manis?"
Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel.
Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik. Aku jadi khawatir, apa dia lagi nuntut ilmu putih? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun akhirnya aku tidak berani menduga demikian. Mas Gagah orangnya cerdas sekali. Jenius malah. Umurnya baru dua puluh satu tahun tetapi sudah tingkat empat di FT-UI. Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya…yaaa akhir-akhir ini dia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.
"Mau kemana Gita?"
"Nonton sama temen-temen." Kataku sambil mengenakan sepatu."Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya."
"Ikut Mas aja yuk!"
"Ke mana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah. Gita kayak orang bego di sana!"Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu lalu Mas Gagah mengajak aku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tablig akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku diliatin sama cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya aku ke sana dengan memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang tidak bisa disembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa Mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.
"Assalamualaikum!" terdengar suara beberapa lelaki.
Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman Mas Gagah. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku…, persis kelakuannya Mas Gagah.
"Lewat aja nih, Gita nggak dikenalin?"tanyaku iseng.
Dulu nggak ada teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah bahkan nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome.
Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssssttt."
Seperti biasa aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal keislaman, diskusi, belajar baca Quran atau bahasa Arab… yaa begitu deh!"Subhanallah, berarti kakak kamu ihkwan dong!" Seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah hampir sebulan berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.
"Ikhwan?’ ulangku. "Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?" Suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.
"Husy, untuk laki-laki ikhwan dan untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita." Ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. "Kamu tahu Hendra atau Isa kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini."
Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.
"Udah deh Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji. Insya Allah kamu akan tahu menyeluruh tentang agama kita ini. Orang-orang seperti Hendra, Isa atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya aja yang belum ngerti dan sering salah paham."
Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku ia menjelma begitu dewasa.
"Eh kapan kamu main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat Gita…mesti kita mempunyai pandangan yang berbeda, " ujar Tika tiba-tiba.
"Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah…" kataku jujur. "Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih…"
Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin." Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk, biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan dengan Mbak Ana.
"Mbak Ana?"
"Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amerika malah pakai jilbab. Ajaib. Itulah hidayah.
"Hidayah."
"Nginap ya. Kita ngobrol sampai malam dengan Mbak Ana!"
"Assalaamualaikum, Mas ikhwan.. eh Mas Gagah!" tegurku ramah.
‘Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!" Kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.
"Dari rumah Tika, teman sekolah, "jawabku pendek. "Lagi ngapain, Mas?"tanyaku sambil mengitari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, gambar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku keislaman…
"Cuma lagi baca!"
"Buku apa?"
"Tumben kamu pingin tahu?"
"Tunjukkin dong, Mas…buku apa sih?"desakku.
"Eiit…eiitt Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.
Kugelitik kakinya. Dia tertawa dan menyerah. "Nih!"serunya memperlihatkan buku yang tengah dibacanya dengan wajah yang setengah memerah.
"Naah yaaaa!"aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku "Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam" itu.
"Maaas…"
"Apa Dik Manis?"
"Gita akhwat bukan sih?"
"Memangnya kenapa?"
"Gita akhwat atau bukan? Ayo jawab…" tanyaku manja.
Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara padaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami umatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu menjadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal-lainnya. Dan untuk pertamakalinya setelah sekian lama, aku kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.
Mas Gagah dengan semangat terus bicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya.
"Mas kok nangis?"
"Mas sedih karena Allah, Rasul dan Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena umat banyak meninggalkan Quran dan sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan dan tidur beratap langit."
Sesaat kami terdiam. Ah Mas Gagah yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli…
"Kok tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?" Tanya Mas Gagah tiba-tiba.
"Gita capek marahan sama Mas Gagah!" ujarku sekenanya.
"Memangnya Gita ngerti yang Mas katakan?"
"Tenang aja. Gita ngerti kok!" kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan demikian. Aku ngerti deh meskipun tidak begitu mendalam.
Malam itu aku tidur ditemani buku-buku milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah.
Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi seperti dulu. Meski aktifitas yang kami lakukan bersama kini berbeda dengan yang dulu. Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum, atau ke tempat-tempat di mana tablig akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah. Kadang-kadang, bila sedikit terpaksa, Mama dan Papa juga ikut.
"Apa nggak bosan, Pa…tiap Minggu rutin mengunjungi relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?" tegurku.Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, "Iya deh, iya!"
Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung, soalnya pengantinnya nggak bersanding tetapi terpisah. Tempat acaranya juga begitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu juga diberi risalah nikah. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tidak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran. Harus Islami dan semacamnya. Ia juga mewanti-wanti agar aku tidak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek.
Aku nyengir kuda.
Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku, soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.
"Nyoba pakai jilbab. Git!" pinta Mas Gagah suatu ketika.
"Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol. Lagian belum mau deh jreng.
Mas Gagah tersenyum. "Gita lebih anggun jika pakai jilbab dan lebih dicintai Allah kayak Mama."
Memang sudah beberapa hari ini Mama berjilbab, gara-garanya dinasihati terus sama Mas Gagah, dibeliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin oleh teman-teman pengajian beliau.
"Gita mau tapi nggak sekarang," kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku, prospek masa depan dan semacamnya.
"Itu bukan halangan." Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.
Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu cepat sekali terpengaruh dengan Mas Gagah.
"Ini hidayah, Gita." Kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.
"Hidayah? Perasaan Gita duluan yang dapat hidayah, baru Mama. Gita pakai rok aja udah hidayah.
"Lho! " Mas Gagah bengong.
Dengan penuh kebanggaan kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara studi tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya. Aku yang berada di antara ratusan peserta rasanya ingin berteriak, "Hei itu kan Mas Gagah-ku!"
Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa. Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Quran dan hadits. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung, "Lho Mas Gagah kok bisa sih?" Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yang dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar.
Pada kesempatan itu Mas Gagah berbicara tentang Muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi. "Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana takwa, sebagai identitas Muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam itu sendiri, " kata Mas Gagah.
Mas Gagah terus bicara. Kini tiap katanya kucatat di hati.
Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan cara memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdallah.
Aku mau kasih kejutan kepada Mas Gagah. Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapkan tasyakuran ulang tahun ketujuh belasku.
Kubayangkan ia akan terkejut gembira. Memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberi ceramah pada acara syukuran yang insya Allah akan mengundang teman-teman dan anak-anak yatim piatu dekat rumah kami.
"Mas ikhwan! Mas Gagah! Maasss! Assalaamualaikum! Kuketuk pintu Mas Gagah dengan riang.
"Mas Gagah belum pulang. "kata Mama.
"Yaaaaa, kemana sih, Ma??" keluhku.
"Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus…"
"Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam Minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Mesjid. "
"Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah ingat ada janji sama Gita hari ini." Hibur Mama menepis gelisahku.
Kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali sama Mas Gagah.
"Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh!" Mama tertawa.
Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.
Sudah lepas Isya’ Mas Gagah belum pulang juga.
"Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh.." hibur Mama lagi.
Tetapi detik demi detik menit demi menit berlalu sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.
"Nginap barangkali, Ma." Duga Papa.
Mama menggeleng. "Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa."
Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.
"Kriiiinggg!" telpon berdering.
Papa mengangkat telpon,"Hallo. Ya betul. Apa? Gagah?"
"Ada apa, Pa." Tanya Mama cemas.
"Gagah…kecelakaan…Rumah Sakit Islam…" suara Papa lemah.
"Mas Gagaaaaahhhh " Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.
Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.
Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Kaki, tangan dan kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika sedang Mas Gagah kritis.
Dokter melarang kami masuk ke dalam ruangan.
" Tetapi saya Gita adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau melihat saya pakai jilbab ini." Kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.
Mama dengan lebih tenang merangkulku. "Sabar sayang, sabar."
Di pojok ruangan Papa dengan serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.
"Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?" tanyaku. "Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada acara syukuran Gita kan?" Air mataku terus mengalir.
Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding-dinding putih rumah sakit. Dan dari kaca kamar, tubuh yang biasanya gagah dan enerjik itu bahkan tak bergerak.
"Mas Gagah, sembuh ya, Mas…Mas..Gagah, Gita udah menjadi adik Mas yang manis. Mas..Gagah…" bisikku.
Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah…Gita, Mama, Papa butuh Mas Gagah…umat juga."
Tak lama Dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. "Ia sudah sadar dan memanggil nama Papa, Mama dan Gi.."
"Gita…" suaraku serak menahan tangis.
Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya sesuai permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya…lukanya terlalu parah." Perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!.
"Mas…ini Gita Mas.." sapaku berbisik.
Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.Kudekatkan wajahku kepadanya. "Gita sudah pakai jilbab, kataku lirih. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya."
Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.
"Dzikir…Mas." Suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat tubuh Mas Gagah yang separuhnya memakai perban. Wajah itu begitu tenang.
"Gi..ta…"
Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali.
"Gita di sini, Mas…"
Perlahan kelopak matanya terbuka.
"Aku tersenyum."Gita…udah pakai…jilbab…" kutahan isakku.
Memandangku lembut Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdallah.
"Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas…" ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.
Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tidak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah…sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali. Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan tampaknya Mas Gagah menginginkan kami semua berkumpul.Kian lama kurasakan tubuh Mas gagah semakin pucat, tetapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia masih bisa mendengar apa yang kami katakan, meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.
Kuusap setitik lagi air mata yang jatuh. "Sebut nama Allah banyak-banyak…Mas," kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup, tetapi sebagai insan beriman sebagaimana yang juga diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.
"Laa…ilaaha…illa..llah…Muham…mad Ra..sul …Allah… suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk bisa kami dengar.
Mas Gagah telah kembali kepada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya. Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi. Selamat jalan Mas Gagah.
Epilog:Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku. Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.
Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Illahi yang selamanya tiada kan kudengar lagi. Hanya wajah para mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema d iruangan ini.
Setitik air mataku jatuh lagi.
"Mas, Gita akhwat bukan sih?""Ya, insya Allah akhwat!"
"Yang bener?"
"Iya, dik manis!"
"Kalau ikhwan itu harus ada janggutnya, ya?!"
"Kok nanya gitu sih?"
"Lha, Mas Gagah kan ada janggutnya?"
"Ganteng kan?"
"Uuuuu! Eh, Mas, kita kudu jihad ya?" Jihad itu apa sih?"
"Ya always dong, jihad itu…"
Setetes, dua tetes air mataku kian menganak sungai. Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan. Selamat jalan Mas Ikhwan!Selamat jalan Mas Gagah!
Buat ukhti manis Gita Ayu Pratiwi, Semoga memperoleh umur yang berkah,
Dan jadilah muslimah sejati
Agar Allah selalu besertamu.
Sun sayang,
Mas Ikhwan, eh Mas Gagah!

Kematian Hati


By.KH Rahmat Abdullah,Alm
Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang.......ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segerapergi Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama.Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan.Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.
Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin hanya untuk berhentipada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.
Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyapditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut ka
rena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaatpanjang. Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalamhatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhatijernih,Bahwa engkau adalah seorang sholeh, alim, abid lagi mujahid,Lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.Asshiddiq Abu Bakar Ra..... selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan merekajanganlah Engkau hukum aku karena ucapan merekadan ampunilah aku lantaran ketidak tahuan mereka "ucapnya lirih.
Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, Lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya,Bahkan sebagian enyebut-nyebutnya. Ada orang yang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak.Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal lalu merasa banyak amalDan menyalahkan orang yang beramal karena kekuranganAtau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinyaAtau tidak mau kalah dan tertinggal dibelakang para pejuang.Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu ?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing.Begitu kerap engkau bergetar dan takut.Sesudah pengalaman dan ilmu bertambah,Engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar, Semua sudah jadi biasa....tanpa rasa.Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimuSehingga getarannya yang tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu danengkau meni'matinya ?Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan.Usia berkurang bannyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi.Rasa malu kepada ALLAH...........dimana kau kubur dia ?
Diluar sana rasa malu tak punya harga.Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalahAtau bahkan melalui penawaran langsung.Ini potret negerimu :228.0000 remaja mengidap putaudari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzinadan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks diluar nkahasal jangan dengan perkosaan.
Mungkin engkau mulai berfikir,"Jamaklah bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkaulaki-lakiatau sebaliknya........diceah-celah rapat atau berdialog dalam jaraksangat dekatatau bertelepon dengan menambah waktu yangtak kuperlukansekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh"
Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimuKemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TVThagut" menyiarkanSegala 'kesombongan jahiliyyah dan maksiat' ?Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan,Karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki yang berbusana perempuandan perempuan berpakaian laki-laki,apa menonton akting mereka tidak dilaknat ?
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang paling berteriaklantang'Ini tidak islami' berarti ia paling islami ,sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirim, tak ada ALLAHdisana ?
Sekarang engkau telah jadi kader hebat. Tak lagi malu-malu tampilJustru engkau akan dihadang tantangan :Sangat malu menahan tanganmu dari jabatan lembut lawan jenismu yang mudadan segarHati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakarDan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orangWalaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.
Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak melesat 1 milimiter,Maka pada jarak 300 meter dia tidak lagi melenceng 1 milimeter lagi ?
Begitu jauhnya inhiraf dikalangan awam,Sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.
Siapa yang mau menghargai ummat yang 'kiayi'nya membayar beberapa ratusribuKepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhiDisebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan'itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat saksiku'dan sesudah itu ...... segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah ?Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat Dengan seorang perempuan muda artis penyanyi......lalu mengatakan'ini anakku, karena kedudukan guru dalam islam adalah ayah,bahkan lebih dekatdaripada ayah kandung dan ayah mertua'
Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummatLalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah) ?Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan itu kau masih amanDari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama ?Apa beda seorang remaja menzinai teman sekolahnyaDengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitasda'wah-nya?Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awan karena statusmuLalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yangmenyihir ?Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini ?
Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.Tengoklah langkah mereka di mal. Berapa besar sumbangan mereka kepadamodernisasiDengan bangyak-banyak mengkonsumsi produk junk foodSemata-mata karena nuansa "westernnya".Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh Saat engkau tenggak minuman haram itu, dengan perasaan'lihatlah, betapa Amerikanya aku'Memang, soalnya bukan......Amerika atau bukan Amerika,Melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai Tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang bermerk.Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh kekananBila ia tidur di rel kereta, maka 300 juta rakyat India akan ikuttertidurdisana.
Kini datang'pemimpin' ummat, ingin mengontrol harga diri dan gengsi ummatdengan pameran mobil , rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori.Saat fatwa digenderangka, telinga ummat telah tuliOleh dentam berita hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana."Engkau adalah penyayi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susahpayah.Bila aku bosan.....aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebihmemenuhi seleraku".

wassalamu`alaikum wr. wb.

Monday, November 12, 2007

Taddabur Al Qur’an Surat An Nuur Ayat 62-63

Oleh: Reza "Eja'" Pahlevi

“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu Karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.An Nuur:62-62)


PENJELASAN UMUM SURAT AN-NUR AYAT 62-63
Secara garis besar surat An-nur 62-63 menjelaskan tentang tiga hal berikut, yaitu :
1. Adab meminta izin (Adab Al-Isti’dzan)
2. Kedisiplinan/komitmen (Al-Indibath)
3. Konsistensi (Al-Istiqomah)
Korelasi antara ketiga hal diatas adalah ketika kita menyadari bahwa Islam telah mengatur secara sempurna adab-adab untuk umatnya, maka akan timbul kesadaran yang mendalam. Secara lebih sederhana ketika kita telah mengetahui bahwa sub point adab meminta izin mendapat perhatian khusus dari Allah, sehingga hal tersebut menjadi indikasi bahwasanya meminta izin adalah suatu hal yang harus diperhatikan adabnya oleh tiap muslim, terlebih yang terposisikan dalam jama’ah. Adab meminta izin disetarakan dengan beriman kepada Allah dan Rasullnya. Setelah kita menyadari urgensinya maka konsukensi selanjutnya kita akan terbiasa dengan kondisi keteraturan yang secara langsung akan membawa kita ke alam kedisiplinan (Indibath). Maka seperti alur psikologi yang kita kenal melalui ilmu modern yang menyatakan sesuatu yang bermula kebiasaan maka pada puncaknya akan menjadi akhlak. Dan puncak komitmen kita dalam menjaga adab meminta izin adalah kemunculan sifat istiqomah dalam diri.

Indibath
Jika merujuk kepada Al-Qu’ran dan Hadist maka tidak ditemukan kata indibath di sana. Secara etimologi indhibath berasal dari kata dhobth yang berarti komitmen dengan sesuatu. Al-Laits mengartikan dhobth dengan komitmen (berpegang teguh) dengan sesuatu dan tidak memisahkannya. Dhobthusy-sya’i juga berarti menjaga sesuatu dengan kuat. Kemudian Ustadz Fathi Yakan memberikan definisi al-indhibath dengan komitmen kepada Islam dan hukum-hukumnya serta menjadikannya sebagai poros kehidupan, pijakan berfikir, dan sumber hukum dari setiap permasalahan.
Indibath dengan Islam disebutkan dalam beberapa ayat, seperti : "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam" (Al-Imron : 102), Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub (Ibrahim berkata) : “Hai anak-anakku , sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Agama Islam” (Al-Baqoroh : 132). Juga dalam firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga (Ar-Ribath) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" (Al-Imran : 200). Termasuk makna ribath adalah menunggu sholat berikutnya setelah menunaikan sholat. Ini berarti menunggu kewajiban setelah menunaikan kewajiban.
Macam-macam Indhibath
1. Al-Indhibath Al-‘Aam
a. Indhibath dengan berbagai kewajiban
b. Indhibath dengan jihad untuk mengembalikan Hukum Islam serta meninggikankalimat Allah
c. Indhibath dengan amal yang terorganisir dalam dakwah
d. Indhibath dengan berbagai ibadah serta konsisten dalam melakukannya.
e. Indhibath untuk menjadikan dirinya qudwah.
2. Al-Indhibath Al-Khosh
a. Indhibath dengan kewajiban-kewajiban sesama muslim
b. Indhibath dengan syuro’, adab-adab, tata cara, dan hasil-hasilnya
c. Indhibath dengan tanggung jawab dan amanah dakwah
d. Indhibath untuk menghadiri pertemuan-pertemuan tarbawiyah dan hal-hal yang ada di dalamnya. Ada sebuah ungkapan : Cari-cari alasanlah Anda untuk tetap tarbiyah dan jangan Anda mencari-cari alasan untuk meninggalkan tarbiyah.
e. Indhibath dengan kewajiban-kewajiban keuangan, seperti zakat, infak, dan shodaqoh.
Langkah-langkah untuk meningkatkan indhibath :
1. Meningkatkan pemahaman dan kepekaan terhadap Islam
2. Meningkatkan ketakwaan dan perasaan akan muroqobah-Nya
3. Membersihkan hati, rasulullah senantiasa berdoa : “Ya Allah anugerahkanlah jiwaku dengan ketakwaan dan bersihkanlah dia.”

Istiqomah
“Sesungguhnya Allah terheran-heran melihat pemuda yang komitmen (istiqomah) terhadap agamanya” (Al-Hadist)
Secara etimologi istiqomah berarti meminta tegak atau meminta lurus, sedangkan secara terminologi istiqomah berarti berusaha komimen untuk mengamalkan ilmu sesuai dengan pemahaman. Istiqomah terbagi dua, yaitu istiqomah terhadap syariat dan istiqomah dalam dakwah.
Istiqomah terhadap syariat meliputi hal-hal berikut :
1. Aqidah yang salimah (aqidah yang benar)
2. Ibadah yang shohihah (ibadah yang benar)
3. Akhlaqul karimah (akhlak yang baik)
4. Syumuyatul Islam (Kesempurnaan Islam) dan tawazun
Istiqomah dalam dakwah meliputi hal berikut :
1. Istiqomah dalam mu’ahadah (istiqomah terhadap janji)
2. Istiqomah dalam infaq
3. Istiqomah terhadap qororot
4. Istiqomah bidda’wah wal jihad (istiqomah dalam dakwah dan jihad)
Dalam literatur lain istiqomah diartikan sebagai kekokohan dalam dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah. Begitu pentingnya Istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Saw berpesan kepada seseorang seperti dalam hadits berikut: Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. (Riwayat Muslim)
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halam, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-qura’an surat fusilat ayat 30:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhakan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengetakan):”janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Beberapa tips untuk istiqomah :
1. Senantiasa mengingat pahala istiqomah
2. Senantiasa membaca, mengingat dan mengenang orang-orang yang sukses dengan keistiqomahannya
3. Iktirom dengan jama’ah

Friday, November 9, 2007

'Adamul 'Inad

Oleh: Reza Pahlevi
A. Ta’riful ‘Inad
Syekh Said Hawwa dalam sebuah bukunya yang berjudul Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan menyatakan bahwa i’nad (pembangkangan) merupakan salah satu ciri dari orang-orang yang mendapatkan kemurkaan Allah Swt. Beliau (Syekh Said Hawwa) mengkategorikan i’nad sebagai sebuah penyimpangan.
Dari Ibnu ‘Abbas Ra, bahwa Rasulullah bersabda: “Tiga orang yang paling dimurkai Allah ialah orang yang membangkang/menyeleweng untuk melakukan yang haram, orang yang mengikuti tradisi jahiliyah dalam Islam, dan orang yang membunuh seseorang dengan tidak benar.” (HR. Muslim)
I’nad (pembangkangan) juga merupakan salah satu sifat dasar dari setan la’natullah. Setan (Syaithan) berasal dari kata kerja syathana yang mengandung arti menyalahi, menjauhi. Setan artinya pembangkang pendurhaka. Secara istilah, setan adalah makhluk durhaka yang perbuatannya selalu menyesatkan dan menghalangi dari jalan kebenaran (al-haq). Makhluk durhaka seperti ini bisa dari bangsa jin dan manusia
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin dan manusia. (QS.An Naas:1-6)
Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS.Al An’am:112)

B. Sikap ‘Inad pada masa Rasul
Pembangkangan pernah terjadi di masa Rasulullah dan para sahabat, salah satunya terjadi pada saat berkecamuknya perang uhud, Dimana ketika itu Rasulullah memerintahkan pasukan pemanah yang ditempatkan di gunung uhud untuk tetap berjaga guna melindungi pasukan muslim dari kemungkinan serangan dari belakang hingga ada perintah dari Rasulullah.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ketika pasukan muslim telah memukul mundur pasukan musyrikin yang meninggalkan banyak ghonimah (harta rampasan perang), sebagian pasukan pemanah meninggalkan posnya untuk ikut memungut dan mengumpukan harta rampasan perang tersebut. Hal inilah yang menjadi titik tolak kekalahan pasukan muslim. Peristiwa ini meninggalkan begitu banyak hikmah bagi kaum muslim, diantaranya: Peringatan kepada kaum mukminin dari kejelekan yang ditimbulkan akibat bermaksiat, dan Jeleknya akibat membangkang perintah Rasulullah Saw.
Sepeninggal Rasulullah Saw, terjadi banyak gejolak di dalam tubuh umat Muslim. Penyebabnya secara umum adalah pembangkangan sekelompok orang terhadap kepemimpinan Khalifaur rasyidin. Beberapa peristiwa tersebut antara lain:
1. Pembangkangan sebagian dari kaum Muslimin menolak membayar zakat pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Khalifah pun menyatakan perang terhadap mereka. Sebagai pembenaran beliau mengutip sebuah ayat Alquran, "Di mana saja kamu jumpai mereka, maka tangkaplah mereka ...dan jika mereka bertobat dan mendirikan shalat serta mengeluarkan zakat, maka berilah kebebasan mereka untuk berjalan." (QS At-Taubah: 5).
2. Pembangkangan sekelompok masyarakat Mesir yang memberontak kepada Khalifah Utsman bin Affan. Hal ini dilatar belakangi oleh hasutan seorang Yahudi asal Yaman yang bernama Abdullah bin Saba'
3. Pembangkangan kaum khawarij di masa kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib, hal ini menyebabkan terpecahnya barisan umat muslim.

C. Sikap ‘Inad salah satu sifat syaithan
Dalam Al Qur’an, setan adalah sebutan umum bagi makhluk-makhluk yang tak kenal lelah bekerja siang dan malam, untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah, memperdayai manusia dengan janji kosong agar manusia menjalani hidup abadi di neraka, dan akan terus berusaha sampai Hari Akhir. Leluhur dan setan yang terbesar dari semua setan adalah Iblis, yang memberontak kepada Allah ketika Adam diciptakan. Allah menciptakan Adam dan menghendaki para malaikat bersujud di depannya. Sementara para malaikat mematuhi perintah Allah, sesosok makhluk bernama Iblis tidak bersujud dan menyatakan bahwa dia lebih baik daripada Adam. Karena pembangkangan yang sombong ini, dia diusir dari hadapan Allah.
Dalam Al Qur’an, Allah berfirman tentang pembangkangan setan terhadap-Nya, dan pengusiran setan dari hadapan-Nya: Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam." Maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." Allah berfirman, "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina." (QS. Al-A’raaf: 11-13)
Dalam menggoda manusia, setan dari bangsa jin itu masuk ke dalam diri manusia, membisikkan sesuatu yang jahat dan membangkitkan nafsu yang rendah (syahwat). Selain menggoda dari dalam diri manusia, setan juga menjadikan wanita, harta, tahta, pangkat dan kesenangan duniawi lain sebagai umpan (perangkapnya, Dihiasinya Kesenangan duniawi itu dihiasinya sedemikian menarik hingga manusia tergoda, terlena, tertutup mata hatinya, lalu memandang semua yang haram jadi halal. Akhirnya manusia terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan/kemungkaran. Maka manusia yang telah mengikuti ajakan setan, menjadi hamba setan, dalam al-Quran juga disebut setan dan golongan mereka juga disebut golongan setan (hizbusy-syaithan).

D. Dampak ‘Inad terhadap soliditas tim
I’nad (pembangkangan) sangat berdampak buruk pada soliditas tim. Hal ini dapat kita lihat dari perjalanan sejarah umat islam, dimana umat islam terpecah belah akibat pembangkangan sekelompok orang yang merupakan bagian dari umat Islam. Fitnah Syiah dan Khawarij menjadi contoh nyata betapa pembangkangan menjadi pemicu perpecahan dalam umat.
Dalam konteks tim yang lebih kecil, pembangkangan akan menimbulkan ketidak kompakan antar sesama personil tim dan dapat memicu timbulnya friksi-friksi serta faksi-faksi dalam tim.

E. Masalah saat sekarang
I. ‘Inad kepada Allah SWT.
Perbuatan maksiat hakikatnya merupakan pembangkangan terhadap Allah Swt. Hal ini dikarenakan Allah Swt telah jelas melarang hamba-Nya untuk melakukan kemaksiatan.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.An Nuur:63)
“Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.” (QS.Al Buruj:12)
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS.Huud:102)
Dari Abu HurairohRa. Dari Nabi Saw, Beliau bersabda: “Sungguh, Allah Ta’ala mempunyai sikap cemburu, cemburu jika sesorang mengerjakan apa yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari & Muslim)

II. ‘Inad kepada Rasul-Nya
I’nad (membangkang) kepada Rasulullah berimplikasi pada ketaatan kepada Allah Swt. Membangkang kepada Rasulullah Saw dapat juga diartikan membangkang pada Allah Swt. Adapun hal-hal yang dapat dikategorikan pembangkangan terhadap Rasululah Saw, antara lain:
a. Tidak mengimani, mencintai, membela, dan menghidupkan sunnahnya
b. Mengingkari apa yang dikabarkannya (Risalah Rasullah Saw)
c. Melanggar semua yang diperintahkannya dan tidak menjauhi apa yang dilarangnya.
d. Beribadah tidak sesuai apa yang dicontohkannya

III. ‘Inad kepada Pemimpin
Barangsiapa yang melawan/membangkang terhadap pemimpin kaum Muslimin, sementara kaum Muslimin telah sepakat untuk mengangkatnya atau menjadi pemimpin dengan kekuatannya, maka ia telah keluar dari apa yang diperintahkan Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi kalian dalam keadaan perkara kalian berada dalam satu pemimpin lalu ia hendak mematahkan tongkat (persatuan kalian) atau memecah-belah jama’ah kalian maka bunuhlah ia.” (HR. Muslim)
Hal ini berarti rakyat wajib membela pemerintah dalam kebenaran, meskipun mereka tidak menunaikan hak-hak rakyatnya. Karena hal ini mengokohkan kaum muslimin. Terlebih lagi bila ada sekelompok pembangkang yang ingin memeberontak atau keluar dari ketaatannya.
Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang telah membaiat seorang imam lalu memberikan hasil tangan (kesetiaan) dan buah hatinya, maka memberilah jika mampu. Jika ada orang lain datang menentangnya, maka bunuhlah yang kedua tersebut.” (HR. Muslim)
Ibnu Khaldun berpendapat (tentang pembangkangan) bahwa hal itu tidak akan bermanfaat bagi kaum Muslimin. Yaitu mereka yang melakukan revolusioner untuk mengubah sistem pemerintahan. Banyak kaum muslimin yang menjadi terpecah belah dan menjadi korban (wafat).
Hasan Al Bashri berkata, “Sekiranya manusia dapat bersabar atas zhalimnya penguasa maka Allah akan mengangkat derita atas mereka. Akan tetapi mereka lebih memilih pedang yang berbicara. Demi Allah, mereka tidak akan membawa kebaikan walau seharipun.”

MARAJI’
· Imam Nawawi “Riyadhus Shalihin”
· Muhammad Al Ghazali “Fiqh Sirah “
· Said Hawwa “Jundullah Tsaqafatan wa Akhlaqan”
·
http://www.eramuslim.com/
·
http://www.swaramuslim.net/