Friday, November 9, 2007

Dua Pilar Kebangkitan


By: Reza "eja’" Pahlevi
“Dari Nu’man Bin Basyir, ia berkata: kami duduk-duduk di Masjid Rasulullah Saw, Basyir adalah orang yang tidak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsa’labah seraya berkata “Wahai Basyir bin Sa’d apakah kamu hafal hadist Rasulullah Saw tentang para penguasa?” Maka Hudzaifah tampil seraya berkata, “Aku hafal khutbahnya.” Lalu Abu Tsa’labah duduk mendengarkan Hudzaifah berkata: “Rasulullah bersabda: (1) Muncul kenabian di tengah-tengah kamu selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (2) Kemudian akan muncul khilafah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (3) Kemudian muncul “Raja yang menggigigit” selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (4) Kemudian aan muncul “Raja yang diktator” selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (5) Kemudian akan muncul lagi khilafah sesuai dengan sistem kenabian…” (HR. Ahmad, Tarmidzi & Abu Daud)
Dalam hadist di atas terungkap fakta bahwa kebeangkitan umat Islam adalah sebuah keniscyaan. Namun kebangkitan umat ini tidaklah datang dengan sendirinya. Kebangkitan umat ini hanya dapat dicapai dengan menegakkan dua pilar, jihad dan dakwah. Jihad membutuhkan barisan mujahid sedang dakwah membutuhkan para da’i. Jihad dan dakwah merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisah satu sama lain. Apabila umat ini meninggalkan dakwah maka kemuliaan manhaj yang haq ini hanya akan menjadi hiasan dalam literatur-literatur perpustakaan umat. Apabila umat meninggalkan jihad maka Islam akan lemah dan kehilangan izzahnya.
“Kemuliaan dan kejayaan umat Islam di masa lalu dicapai dengan tetesan darah para mujahid dan goresan tinta para ulama.” Fakta sejarah ini diungkapkan Syekh Abdulah Azzam dalam bukunya “Bergabung Bersama Kafilah.” Dari fakta ini dapat diambil ibrah bahwa Izzatul Islam hanya dapat tegak dengan pengorbanan mujahid dan da’i-da’i-Nya.
Bagaimana membumikan nilai-nilai jihad dan dakwah dalam kehidupan kita? Adalah sebuah pertanyaan yang harus kita cari jawabannya. Ternyata jawabannya terdapat dalam dua kata yakni Hamasah dan Mujahadah. Mujahadah disini dalam artian bekerja keras dalam setiap amalan dakwah yang kita lakukan. Mujahadah di medan dakwah menuntut sikap Tadhiyah (Pengorbanan) dan Tajarrud (Totalitas) dari setiap da’inya. “ Sesungguhnya Allah membeli dari oaring-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh,…. (QS. At Taubah:110)
Hamasah yang berarti semangat menemukan maknanya dalam konteks Rekruitment Dakwah yang kita lakukan. Pemahaman bahwa rekrutment adalah inti kerja-kerja dakwah yang kita lakukan adalah menjadi tuntutan pemahaman yang harus dimiliki oleh setiap kader dakwah.
Apakah rekrutment yang kita lakukan sudah dilaksanakan dalam tataran operasional yang Rapi, Profesional dan disertai dengan Niat Ikhlash karena Allah? Haruslah menjadi pertanyaan pokok ketika kita memulai kerja-kerja kita. Pertanyaan-pertanyaan tersebut haruslah selalu kita jawab bukan hanya dengan kata, namun dengan aksi-aksi real dilapangan.
Marilah kita semua menjadi da’i yang mujahid dan seorang mujahid yang da’i, dengan menegakkan jihad dan dakwah dalam setiap amalan-amalan yang kita lakukan. Hal ini penting karena sesungguhnya kerja-kerja dakwah yang besar dan melelahkan masih menunggu kita.