Thursday, March 26, 2009

Tentang Pemilu 2009

Saatnya Menjadi Pemilih yang Cerdas…!

Pada tanggal 8 Juli 2008 Komisi Pemilihan Umum telah meresmikan dimulainya kampanye yang menandai rangkaian pesta demokrasi rakyat indonesia yang bertajuk ”Pemilu 2009”. Mungkin inilah kampanye politik terpanjang di dunia, sembilan bulan- mulai 8 Juli 2008 hingga 9 April 2009- rentang waktu pelaksanaannya. Rekor ini ditambah pula dengan banyaknya kontestan partai politik peserta pemilu yang ada. Tercatat 38 partai tingkat nasional dan 5 partai lokal akan ikut dalam perhelatan akbar ini.

Spanduk-spanduk berisi senyum dan janji manis para caleg mulai memenuhi lingkungan sekitar kita. Para pengusaha percetakan banjir orderan dan meraup banyak rezeki pada masa ini. Namun selain fenomena multi effect terhadap perekonomian masyarakat, banyak hal yang membuat kita miris, sedih bahkan sampai pada level muak ketika kita menelusuri perilaku para elite partai dalam mengejar kursi legislatif. Hal ini dapat kita baca dalam media-media massa yang mulai marak memberitakan kasus-kasus seperti kisruh perebutan nomor jadi, ijazah palsu caleg, masalah caleg ganda, ketidakmampuan parpol dalam memenuhi kuota perempuan, hingga masalah Nepotisme dalam penentuan caleg oleh tokoh-tokoh partai.

Masalah-masalah yang terjadi ini setidaknya memberikan gambaran sejauh mana kualitas sebuah partai dalam pengelolaan kaderisasi dan manajemen administrasi mereka. Dalam menyikapi permasalahan-permasalahan ini, kita sebagai calon pemilih hendaknya berfikir secara cerdas dan rasional. Ungkapan ”Mengurus internal partai saja tidak becus apatah lagi mengurus negara” menjadi pilihan berpikir yang rasional. Partai-partai yang mengalami masalah-masalah ini dapat disimpulkan tidaklah layak untuk dipilih pada pemilu nanti. Menjadi pertimbangan tidak memilih partai-partai bermasalah tersebut adalah bukti bahwa kita adalah pemilih yang cerdas.

Pertimbangan lain yang harus dilakukan oleh calon pemilih adalah sejauh mana kinerja partai-partai yang telah ada di parlemen sekarang. Terlibatnya anggota dewan dalam kasus-kasus korupsi, kasus asusila, dan lain sebagainya menjadi entry point dalam menimbang dan memilih pada pemilu 2009 mendatang. Sebagai gambaran, hampir semua partai tersangkut masalah-masalah ini. Partai Golkar dengan anggota dewannya seperti Hamka Yamdhu yang terlibat kasus korupsi dan Yahya Zaini yang terlibat kasus video mesum menambah hitam track record partai ini.

PDIP pun setali tiga uang dengan Golkar. Pengakuan Agus Condro Prayitno, anggota DPR dari Fraksi PDIP, bahwa dia dan teman-temannya sefraksi di Komisi IX menerima angpau Rp 500 juta--berupa 10 lembar cek pelawat masing-masing Rp 50 juta--dari Miranda Goeltom dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI pada 2004, menguak kebobrokan PDIP di Senayan. Pengakuan Agus itu ternyata direspons PDIP dengan sangat aneh. Agus dipecat karena dituduh mencemarkan nama baik partai. Belum lagi kita berbicara Max Moein dengan kasus pelecehan seksual terhadap sekretarisnya. Partai Demokrat dengan Sarjan Taher-nya, PPP dengan Al Amin-nya, PBR dengan Bulyan Royan-nya, kemudian Yusuf Emir Faisal dengan PKB-nya yang terlibat korupsi menjadikan alasan yang rasional untuk tidak memilih partai-partai ini dalam pemilu nanti. Ingat...! jangan pilih partai koruptor dan asusila, yakni Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PBR....

Pemilih yang rasional dan cerdas tentunya akan memilih partai yang bersih. Partai yang memiliki kaderisasi yang baik dan terorganisir. Partai yang tidak membodohi masyarakat dengan caleg artisnya. Dan partai yang selalu konsisten bergerak, tidak hanya pada saat kampanye pemilu. Akhir kata, Jadilah pemilih yang kritis dan rasional bukan pemilih yang bodoh... Yang memilih karena bukti dan program kerja partai bukan karena alasan uang, keluarga ataupun primordialisme sempit. Walllahu ’alam