Monday, May 14, 2007

Muwashofat: Shohihul Ibadah

Ihsan dalam Sholat
Oleh: Reza Pahlevi

1. Dalil-dalil Al-Qur’an dan Sunnah tentang sholat
Sholat berasal dari kata "ash-sholaah" yang artinya doa. Sedangkan pengertian shalat menurut istilah syariat Islam adalah suatu amal ibadah yang terdiri dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu. Sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim sehari semalam lima kali. Perintah shalat petama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang isra' dan mi'raj langsung dari Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut :
Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT telah mewajibkan atas umatku pada malam isra' lima puluh kali sholat, maka aku selallu kembali menghadap-Nya dan memohon keringanan sehinggga dijadikan kewajiban shalat lima kali dalam sehari semalam." (HR Al-Bukhori dan Muslim).
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke dalam masjid dengan menangis. Apabila Rasulullah SAW melihat pemuda itu menangis maka baginda pun berkata, "Wahai orang muda kenapa kamu menangis?" Maka berkata orang muda itu, "Ya Rasulullah SAW, ayah saya telah meninggal dunia dan tidak ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak memandikannya."
Lalu Rasulullah SAW memerintahkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. ikut orang muda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikut orang itu, maka Abu Bakar r.a dan Umar r.a. mendapati ayah orang mudah itu telah bertukar rupa menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah SAW, kami lihat mayat ayah orang ini bertukar menjadi babi hutan yang hitam."
Kemudian Rasulullah SAW dan para sahabat pun pergi ke rumah pemuda tersebut dan baginda pun berdoa kepada Allah SWT, kemudian mayat itu pun bertukar kepada bentuk manusia semula. Lalu Rasulullah SAW dan para sahabat menyembahyangkan mayat tersebut. Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah SAW pun bertanya kepada pemuda itu, "Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?"
Berkata orang muda itu, "Sebenarnya ayahku ini tidak mau mengerjakan sholat." Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Wahai para sahabatku, lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sholat. Di hari kiamat nanti akan dibangkitkan oleh Allah S.W.T seperti babi hutan yang hitam."
"Hai orang-orang yang beriman,ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan."(QS.Al-Hajj:77)
"Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku."(QS. Al-Baqarah : 43).
Ibadah sholat merupakan ibadah yang pertama kali diperhitungkan dalam hisab, sebagaimana hadits Rasulullah berikut :"Amal yang pertama kali dihisab bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalnya yang lain, dan jika shalatanya rusak maka rusaklah seluruh amalnya yang lain." (HR. At-Thabrani)
Sholat juga merupakan sarana penghapus kesalahan dan dosa. Dalam sebuah hadits dinyatakan sebagai berikut : Dari Abi Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: "Shalat lima waktu dan sholat jum'at yang satu kepada sholat jum'at yang lain adalah sebagai penghapus kesalahan yang terjadi pada waktu antara dua jum'at selama tidak melakukan dosa besar."

2. Kesempurnaan sholat dari sudut hukum fiqh
Sholat yang sempurna adalah sholat yang mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada saat sholat. Rasulullah bersabda: “Sholatlah kalian seperti kalian melihat aku sholat” (HR. Bukhori dan Muslim). Kesempurnaan sholat dari sudut hukum fiqh dapat dilihat dari dipenuhi dan dijalankan atau tidaknya syarat-syarat wajib shalat, syarat sah shalat, rukun shalat, dan sunnah-sunnah shalat serta tidak melakukan hal-hal yang membatalkan sholat.

a. Syarat-syarat Wajib Shalat
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal "Telah diangkat pena itu dari tiga perkara, yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa (baligh), dari rang tidur sehingga ia bangun dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
4. Ada pendengaran, artinya anak yang sejak lahir tuna rungu (tuli) tidak wajib mengerjakan sholat.
5. Suci dari haid dan nifas.
6. Sampai dakwah Islam kepadanya.

b. Syarat Sah Shalat
1. Suci dari dari hadats, baik hadats kecil maupun hadast besar.
2. Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis.
3. Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut dan aurat perempuan adalah seluruh badannya kecuali muka dan tepak telangan.
4. Telah masuk waktu sholat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk waktu shalat atau telah habis waktunya.
Shalat fardhu ada lima waktu dan masing-masing mempunyai ketentuan waktu yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman :"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisaa : 103).
5. Menghadap kiblat.

c. Rukun Shalat
Rukun bisa juga disebut fardhu. Perbedaan antara syarat dan rukun adalah bahwa syarat adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan amal ibadah sebelum perbuatan amal ibadah itu dikerjakan, sedangkan pengertian rukun atau fardhu adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan/amal ibadah dalam waktu pelaksanaan suatu pekerjaan/amal ibadah tersebut. Dalam hal ini sebagian ulama dengan sebagian lainnya agak sedikit berbeda pendaapat ketika menetapkan mana yang merupakan rukun shalat.
Kalangan mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa jumlah rukun shalat hanya ada 6 saja. Sedangkan Al-Malikiyah menyebutkan bahwa rukun shalat ada 14 perkara. As-Syafi`iyah menyebutkan 13 rukun shalat dan Al-Hanabilah menyebutkan 14 rukun.
Secara umum rukun Shalat ada 14 yaitu :
1. Niat, yaitu menyengaja untuk mengerjakan sholat karena Allah SWT. Niat ini dilakukan oleh hati, dan dapat pula dilafazkan dalam rangka membantu untuk meyakinkan hati."Bahwasanya segala perbuatan itu harus dengan niat, dan segala perbuatan itu tergantung kepada niatnya." (HR Al-Bukhori)
2. Berdiri bagi yang mampu. Bagi orang yang tidak mampu maka ia boleh mengerjakan shalat dengan duduk, berbaring atau dengan isyarat.
3. Takbiratul Ihram.
"Kunci shalat adalah bersuci, pembukaannya adalah dengan membca takbir dan penutupnya adalah dengan membaca sala.”
4. Membaca Surat Al-Fatihah. Bagi orang yang sholat munfarid ia wajib membaca surat Al-Fatihah secara sempurna setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah pada rakaat pertama dan pada rakaat berikutnya secara sempurna. Jika ia menjadi makmum, maka ketika imam membaca Al-Fatihah secara keras (pada sholat maghrib, isya dan subuh) maka ma'mum tidak boleh membaca apapun dan ia harus mendengarkan bacaan imam tersebut. Ketika imam membaca surat atau ayat, maka pada waktu itulah ma'mum membaca Al-Fatihah dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. (kewajiban membaca dan waktu membaca surat Al-Fatihah terdapat perbedaan di antara mazhab yang ada).
"Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca surat Al-Fatihah." (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
5. Ruku'. Maksudnya adalah membungkukan badan hingga punggung menjadi menjadi sama datar dengan leher, dan kedua tangannya memegang lutut dalam keadaan jari terkembang dengan tenang.
"Sholat tidak cukup bila seseorang tidak meluruskan punggungnya pada waktu ruku' dan sujud." (HR. Lima Ahli Hadits).
6. I'tidal. Maksudnya ialah bangun dari ruku' dan kembali tegak lurus dengan tenang.
"Dan jika ia mengangkat kepalanya (dari ruku') ia berdiri lurus sehingga kembali setiap ruas punggung ke tempat semula." (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
7. Sujud dua kali . Maksudnya adalah meletakkan kedua lutut, jari-jari kaki, kedua telapak tangan, dan kening ke atas sajadah/lantai."Nabi SAW memerintahkan supaya sujud itu pada tujuh macam anggota dan agar tidak merapatkan rambut dan kainnya (sewaktu sujud) yaitu : kening, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan jari-jari kaki." (HR. Muslim).
Dari Wail bin Hujr ia berkata : "Aku melihat Nabi SAW apablia beliau sujud, beliau meletakkan kedua lututnya sebelum dua telapak tangannya." (HR. Empat Ahli Hadits).
8. Duduk. Maksudnya ialah bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk dengan tenang.
9. Duduk yang terakhir. Maksudnya ialah duduk untuk tasyahud akhir pada rakaat terakhir setelah bangun dari sujud yang terakhir.
10. Membaca tasyahud pada waktu duduk akhir.
11. Membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir setelah membaca tasyahud.
12. Mengucapkan salam yang pertama.
13. Tertib, maksudnya ialah melaksanakan ibadah sholat harus berututan dari rukun yang pertama sampai yang terakhir.
14. Tuma’ninah

Dari ketiga belas rukun sholat tersebut, dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Rukun qalbi, mencakup satu rukun yaitu niat.
2. Rukun qauli, mencakup lima rukun yaitu : takbiratul ihram, membaca al-fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca sholawat dan salam.
3. Rukun fi'li, mencakup enam rukun, yaitu berdiri, ruku', i'tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk tasyahud akhir.
Adapun rukun yang ketiga belas, yaitu tertib, merupakan gabungan dari qauli dan fi'li.

d. Sunnah-sunnah Shalat
Sunnah-sunnah shalat terbagi dua, yaitu sunnah ab'adh dan sunnah hai-at.
1. Sunnah ab'adh, yaitu amalan sunnah yang apabila tertinggal/tidak dikerjakan maka harus diganti dengan sujud sahwi. Sunnah ab'adh ada 6 macam :
o Duduk tasyahud awal
o Membaca tasyahud awal
o Membaca do'a qunut pada waktu shalat shubuh dan pada akhir sholat witir setelah pertengahan ramadhan.
o Berdiri ketika membaca do'a qunut.
o Membaca sholawat kepada Nabi pada tasyahud awal.
o Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada tasyahud akhir.
2. Sunnah hai-at, yaitu amalan sunnah yang apabila tertinggal/tidak dikerjakan tidak disunnahkan diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunnah hai-at adalah sebagai berikut :
o Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai sejajar tinggi ujung jari dengan telinga atau telapak tangan sejajar dengan bahu. Kedua telapak tangan terbuka/terkembang dan dihadapkan ke kiblat.
o Meletakkan kedua tangan di antara dada dan pusar, telapak tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri.
o Mengarahkan kedua mata ke arah tempat sujud.
o Membaca do'a iftitah
o Diam sebentar sebelum membaca surat Al-Fatihah.
o Membaca ta'awuz sebelum membaca surat Al-Fatihah."Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk." (QS. An-Nahl : 98).
o Mengeraskan bacaan surat Al-Fatihah dan surat pada sholat maghrib, isya dan shubuh.
o Diam sebentar sebelum membaca "aamiiin" setelah membaca Al-Fatihah.
o Membaca "aamiiin" setelah selesai membaca Al-Fatihah.
o Membaca surat atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah bagi imam maupun bagi yang sholat munfarid pada rakaat pertama dan kedua, baik shalat fardhu maupun sholat sunnah.
o Membaca takbir intiqal (penghubung antara rukun yang satu dengan yang lain)
o Mengangkat tangan ketika akan ruku, bangun dari ruku'.
o Meletakkan kedua telapak tangan dengan jari-kari terkembang di atas lutut ketika ruku'.
o Membaca tasbih ketika ruku', yaitu "subhaana robbiyal 'azhiimi", sebagian ulama ada yang menambahkan dengan lafazh "wabihamdih".
o Duduk iftirasyi (bersimpuh) pada semua duduk dalam sholat kecuali pada duduk tasyahud akhir. Cara duduk iftirasyi adalah duduk di atas telapak kaki kiri, dan jari-jari kaki kanan dipanjatkan ke lantai.
o Membaca do'a ketka duduk di antara dua sujud.
o Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha etika duduk iftirasyi maupun tawarruk.
o Meregangkan jari-jari tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan kecuali jari telunjuk pada duduk iftirasyi tasyahud awal dan duduk tawarruk.
o Duduk istirahat sebentar sesudah sujud jedua sebelum berdiri pada rakaat pertama dan ketiga.
o Membaca doa pada tasyahud akhir yaitu setelah membaca tasyahud dan sholawat.
o Mengucapkan salam yang kedua dan menengok ke kanan pada salam yang pertama dan menengok ke kiri pada salam yang kedua.

e. Hal-hal yang Membatalkan Sholat
Meninggalkan salah satu rukun sholat atau memutuskan rukun sebelum sempurna dilakukan.
Tidak memenuhi salah satu dari syarat shalat seperti berhadats, terbuka aurat.
Berbicara dengan sengaja."Pernah kami berbicara pada waktu sholat, masing-masing dari kami berbicara dengan temannya yang ada di sampingnya, sehingga turun ayat : Dan berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu'." (HR. Jama'ah Ahli Hadits kecuali Ibnu Majah dari Zain bin Arqam).
Banyak bergerak dengan sengaja.
Maka atau minum.
Menambah rukun fi'li, seperti sujud tiga kali.
Tertawa. Adapun batuk, bersin tidaklah membatalkan sholat.
Mendahului imam sebanyak 2 rukun, khusus bagi makmum.

3. Kesempurnaan sholat dari sudut ruhiyah/batiniyah
Ihsan dalam sholat terkait dengan hadist Rasulullah SAW: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . (Riwayat Muslim). Ihsan dalam sholat memiliki arti bahwa sholat yang dilakukan benar-benar dilaksanakan dengan khusyuk dan sesuai dengan tertib sholat yang telah ada dalam nash.
Shalat yang khusyu' itu merupakan ciri khas dari seorang mukmin sejati. Sebab ketika menjelaskan hal itu, Allah SWT telah menyebutkan bahwa salah satu ciri mereka adalah yang dalam shalatnya khusyu’. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Telah beruntunglah orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (QS Al-Mu’minum: 1-2).
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabbnya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS Al Baqoroh:45-46). Dari ayat tersebut di atas makna dari khusyu' adalah meyakini akan bertemu dengan Rabb kita dan yakin pula bahwa kita akan kembali kepadaNya.
Selain itu Rasulullah SAW pun menjanjikan kepada orang yang khusyu’ dalam shalatnya, "Tiada seorang mu’min pun yang berwudhu dan membaguskannya, lalu shalat dua rakaat dengan menghadapkan hati dan wajahnya kepada Allah SWT kecuali diwajibkan kepadanya untuk masuk surga."
Para ulama menjelaskan bahwa sholat khusyu’ itu memiliki beberapa ciri:
1. Tidak menghadirkan segala sesuatu yang di luar aktifitas shalat.
2. Teratur dan tenang dalam gerakan anggota badan di dalam shalat. Tidak banyak gerakan yang dilakukannya seperti bermain dengan jengotnya, membetulkan selendang atau kopiah dan lainnya.
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW melihat seorang yang memainkan jenggotnya dalam shalatnya. Beliau bersabda, ”Bila hati khusyu’ maka pastilah anggota tubuhnya ikut khusyu'."
Dari Abu Dzar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Bila kamu shalat, sesungguhnya rahmat itu sedang menuju kepadanya, maka janganlah memainkan kerikil."
3. Merasakan bahwa dirinya sedang berada dalam perhatian Allah SWT Yang Maha Mengetahui apa yang nampak dan yang tertutup.
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Mujadilah: 7)
4. Mentadabburkan/menghayati bacaan shalat yang diucapkannya dengan memahami maknanya secara umum. Baik surat Al-Fatihah, ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem ataupun bacaan tatkala ruku, sujud dan lainnya.Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an? Kalau kiranya al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS An-Nisa: 82)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24)
Bagaimana mungkin seorang bisa dikatakan khusyu’ kalau dia tidak paham apa yang dibacanya. Maka memahami bacaan shalat adalah salah satu kunci khusyu’ itu sendiri.
5. Mengosongkan hati dari lintasan pemikiran lainnya, sebab bersihnya hati dan pikiran dari hal-hal di luar shalat merupakan inti dari kekhusyuan itu sendiri. Meski pun bukan berarti terlepas total dan tidak sadarkan diri dari apa yang terjadi di sekelilingnya. Tentunya shalat yang khusyu’ seperti di atas perlu dilatih dan dibiasakan. Dan salah satu caranya adalah jangan melakukan shalat dengan kondisi yang terburu-buru, menahan buang hajat, atau shalat di tengah kesibukan yang sangat yang akan mengacaukan konsentrasi. Juga jangan ketika dalam ketidak-tenangan. Paling tidak, ada jeda waktu sedikit untuk menenangkan pikiran sebelum shalat. Untuk shalat wajib biasanya ada shalat-shalat sunnah sebelumnya. Dengan itu maka sudah ada persiapan untuk shalat wajib yang lebih tenang dan khusyu’.
Beberapa kiat untuk dapat mendatangkan kekhusyuan dalam shalat:
1. Persiapan diri untuk Shalat
Persiapkan diri untuk sholat antara lain yaitu dengan berdo'a setelah adzan, berwudhu, membersihkan diri (gosok gigi), berhias dengan mengenakan baju yang bagus dan bersih serta menutup aurat.
2. Mengingat mati dalam shalat
Laksanakanlah sholat seolah - olah sholat itu merupakan sholat kita yang terakhir. Rasulullah SAW bersabda : Ingatlah kematian dalam shalatmu, sesungguhnya orang yang mengingat kematian dalam shalatnya, niscaya ia akan berusaha untuk menyempurnakan shalatnya
3. Menghayati ayat dan Zikir yang dibaca
Dengan menghayati ayat - ayat suci-Nya, kita berkomunikasi Allah. Mengerti apa arti dari bacaan shalat akan membuat kita lebih bisa menghayati dan menangis ketika berinteraksi dengan Sang Pencipta.
4. Menyadari bahwa Allah pasti mengabulkan do'a dalam Shalatnya
Dalam bacaan shalat terkandung do'a. Contohnya dalam surat Al Fatihah : Ihdinasshiratal Mustaqim. Shiratalladzina an'amta ,alaihim. Ghairil Maghdubi ,alaihi waladdhallin Artinya : Ya Allah ...tunjukkan kepadakau jalan yang lurus, yaitu jalan orangorang yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka bukan kepada jalan orang yang kau murkai/ jalan yang sesat
5. Menghadap dan dekat dengan Tabir / Penghalang
Tujuannya ialah untuk membatasi pandangan orang yang sedang shalat agar lebih mudah untuk konsentrasi, menghindarkan diri dari lalu lalangnya orang, dan menjaga diri dari gangguan syetan. Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang diantaramu shalat menghadap tabir niscaya syetan tidak dapat memutus shalatnya.
6. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada.
Posisi ini menunjukkan sikap seseorang yang meminta dengan penuh rendah hati dan ketundukan
7. Memandang ke tempat sujud
Rasulullah mencontohkan dalam shalatnya beliau senantiasa memandang ke tempat sujud saat melakukan shalat
8. Membaca beragam surat, ayat, zikir dan do'a dalam shalat
Bacaan yang bervariasi pada tiap-tiap shalat, akan menimbulkan perasaan yang baru dalam menerima kandungan ayat, zikir dan do'a yang sedang dibaca.
9. Berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jika seseorang akan shalat, maka datanglah syetan untuk mengacaukan shalatnya dan membuatnya ragu sudah berapa rakaat yang dikerjakan
10. Mengetahui keistimewaan khusyu dalam shalat
Salah satunya adalah dihapuskan dosanya selama 1 tahun selama dia tidak melakukan dosa besar
11. Bersungguh-sungguh dalam Berdo'a di tempat tertentu terutama dalam sujud
Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang yang paling dekat kepada Allah ialah ketika dia dalam keadaan sujud. Maka perbanyaklah berdo'a dan bersungguh-sungguhlah dalam berdo'a niscaya permohonanmu akan dikabulkan"
12. Memperbanyak zikir sehabis Shalat
Misalnya istighfar tiga kali untuk meminta ampun atas kekurangan yang dilakukan selama sholat. menghilangkan kendala yang dapat mengganggu kekhusyuan shalat.

Berikut ini adalah berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kendala yang dapat mengganggu kekhusyuan shalat : · Menghilangkan sesuatu yang dapat mengganggu orang shalat. Ketika Aisyah akan memasang tirai bergambar, Rasul melarang karena gambarnya dapat mengganggu dalam mengerjakan shalat. · Tidak shalat dengan memakai pakaian yang ada hiasan, tulisan, gambar, warna warni yang mengganggu orang lain · Jangan shalat sementara hidangan telah tersedia. Kita tidak akan shalat dengan khusyu karena hati kita akan teringat pada makanan itu. · Jangan mengerjakan shalat sambil menahan kencing atau buang air besar Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh shalat sedangkan makanan telah tersedia di hadapannya dan tidak boleh juga shalat padahal ia menahan kencing atau buang air besar.· Jangan shalat dalam keadaan ngantuk Rasulullah SAW bersabda: Bila salah seorang diantara kalian mengantuk, tidurlah sampai hilang kantuknya baru shalat.· Tidak shalat dibelakang orang yang sedang bicara atau tidur Hal ini jelas dapat mengganggu konsentrasi, apalagi jika obrolan dilakukan dengan suara keras. · Tidak menyibukkan diri dengan meratakan kotoran (pasir, tanah, batu) pada tempat sujud. Hendaklah hal ini dilakukan sebelum sholat, bukan pada waktu sholat.

Maraji’:
Riyadhus Sholihin (Imam Nawawi)
Sifat Sholat Nabi (Nashiruddin Al Albani)
www.eramuslim.com