Monday, November 12, 2007

Taddabur Al Qur’an Surat An Nuur Ayat 62-63

Oleh: Reza "Eja'" Pahlevi

“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu Karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS.An Nuur:62-62)


PENJELASAN UMUM SURAT AN-NUR AYAT 62-63
Secara garis besar surat An-nur 62-63 menjelaskan tentang tiga hal berikut, yaitu :
1. Adab meminta izin (Adab Al-Isti’dzan)
2. Kedisiplinan/komitmen (Al-Indibath)
3. Konsistensi (Al-Istiqomah)
Korelasi antara ketiga hal diatas adalah ketika kita menyadari bahwa Islam telah mengatur secara sempurna adab-adab untuk umatnya, maka akan timbul kesadaran yang mendalam. Secara lebih sederhana ketika kita telah mengetahui bahwa sub point adab meminta izin mendapat perhatian khusus dari Allah, sehingga hal tersebut menjadi indikasi bahwasanya meminta izin adalah suatu hal yang harus diperhatikan adabnya oleh tiap muslim, terlebih yang terposisikan dalam jama’ah. Adab meminta izin disetarakan dengan beriman kepada Allah dan Rasullnya. Setelah kita menyadari urgensinya maka konsukensi selanjutnya kita akan terbiasa dengan kondisi keteraturan yang secara langsung akan membawa kita ke alam kedisiplinan (Indibath). Maka seperti alur psikologi yang kita kenal melalui ilmu modern yang menyatakan sesuatu yang bermula kebiasaan maka pada puncaknya akan menjadi akhlak. Dan puncak komitmen kita dalam menjaga adab meminta izin adalah kemunculan sifat istiqomah dalam diri.

Indibath
Jika merujuk kepada Al-Qu’ran dan Hadist maka tidak ditemukan kata indibath di sana. Secara etimologi indhibath berasal dari kata dhobth yang berarti komitmen dengan sesuatu. Al-Laits mengartikan dhobth dengan komitmen (berpegang teguh) dengan sesuatu dan tidak memisahkannya. Dhobthusy-sya’i juga berarti menjaga sesuatu dengan kuat. Kemudian Ustadz Fathi Yakan memberikan definisi al-indhibath dengan komitmen kepada Islam dan hukum-hukumnya serta menjadikannya sebagai poros kehidupan, pijakan berfikir, dan sumber hukum dari setiap permasalahan.
Indibath dengan Islam disebutkan dalam beberapa ayat, seperti : "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam" (Al-Imron : 102), Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub (Ibrahim berkata) : “Hai anak-anakku , sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Agama Islam” (Al-Baqoroh : 132). Juga dalam firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiaga (Ar-Ribath) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" (Al-Imran : 200). Termasuk makna ribath adalah menunggu sholat berikutnya setelah menunaikan sholat. Ini berarti menunggu kewajiban setelah menunaikan kewajiban.
Macam-macam Indhibath
1. Al-Indhibath Al-‘Aam
a. Indhibath dengan berbagai kewajiban
b. Indhibath dengan jihad untuk mengembalikan Hukum Islam serta meninggikankalimat Allah
c. Indhibath dengan amal yang terorganisir dalam dakwah
d. Indhibath dengan berbagai ibadah serta konsisten dalam melakukannya.
e. Indhibath untuk menjadikan dirinya qudwah.
2. Al-Indhibath Al-Khosh
a. Indhibath dengan kewajiban-kewajiban sesama muslim
b. Indhibath dengan syuro’, adab-adab, tata cara, dan hasil-hasilnya
c. Indhibath dengan tanggung jawab dan amanah dakwah
d. Indhibath untuk menghadiri pertemuan-pertemuan tarbawiyah dan hal-hal yang ada di dalamnya. Ada sebuah ungkapan : Cari-cari alasanlah Anda untuk tetap tarbiyah dan jangan Anda mencari-cari alasan untuk meninggalkan tarbiyah.
e. Indhibath dengan kewajiban-kewajiban keuangan, seperti zakat, infak, dan shodaqoh.
Langkah-langkah untuk meningkatkan indhibath :
1. Meningkatkan pemahaman dan kepekaan terhadap Islam
2. Meningkatkan ketakwaan dan perasaan akan muroqobah-Nya
3. Membersihkan hati, rasulullah senantiasa berdoa : “Ya Allah anugerahkanlah jiwaku dengan ketakwaan dan bersihkanlah dia.”

Istiqomah
“Sesungguhnya Allah terheran-heran melihat pemuda yang komitmen (istiqomah) terhadap agamanya” (Al-Hadist)
Secara etimologi istiqomah berarti meminta tegak atau meminta lurus, sedangkan secara terminologi istiqomah berarti berusaha komimen untuk mengamalkan ilmu sesuai dengan pemahaman. Istiqomah terbagi dua, yaitu istiqomah terhadap syariat dan istiqomah dalam dakwah.
Istiqomah terhadap syariat meliputi hal-hal berikut :
1. Aqidah yang salimah (aqidah yang benar)
2. Ibadah yang shohihah (ibadah yang benar)
3. Akhlaqul karimah (akhlak yang baik)
4. Syumuyatul Islam (Kesempurnaan Islam) dan tawazun
Istiqomah dalam dakwah meliputi hal berikut :
1. Istiqomah dalam mu’ahadah (istiqomah terhadap janji)
2. Istiqomah dalam infaq
3. Istiqomah terhadap qororot
4. Istiqomah bidda’wah wal jihad (istiqomah dalam dakwah dan jihad)
Dalam literatur lain istiqomah diartikan sebagai kekokohan dalam dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah. Begitu pentingnya Istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Saw berpesan kepada seseorang seperti dalam hadits berikut: Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah. (Riwayat Muslim)
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halam, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-qura’an surat fusilat ayat 30:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhakan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengetakan):”janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Beberapa tips untuk istiqomah :
1. Senantiasa mengingat pahala istiqomah
2. Senantiasa membaca, mengingat dan mengenang orang-orang yang sukses dengan keistiqomahannya
3. Iktirom dengan jama’ah